Oleh: MH. Said Abdullah (*)
Masih saja ada cara pandang segelintir masyarakat yang mempersoalkan perbedaan kedaerahan. Ironisnya, pemikiran dan pernyataan beraroma rasis ini juga dilakukan mereka yang tergolong elite secara sosial.
Sangat kontradiktif dengan upaya luar biasa pemerintah pimpinan Presiden Jokowi, yang sejak dilantik pada periode pertama kepemimpinannya berusaha keras mewujudkan keadilan pembangunan wilayah. Berbagai daerah yang selama ini praktis kurang mendapat perhatian pemerintah diupayakan diperlakukan secara adil dan proporsional.
Perhatian pada kawasan Indonesia Timur misalnya. Kawasan yang selama ini hanya menjadi komoditas pencitraan sementara secara riil praktis kurang disentuh dinamika pembangunan mulai menggeliat menyusul daerah lainnya.
Lanskap pemikiran dan upaya kader PDI Perjuangan itu menegaskan komitmen keindonesiaan. Bahwa Indonesia dari Sabang sampai Pulau Rote. Semua perlu mendapat perlakuan secara adil sebagai bagian dari keluarga besar Indonesia.
Upaya pemerintah sangat jelas sebagai wujud kesadaran betapa penting menjaga dan merawat kesatuan wilayah NKRI. Apalagi sangat disadari bukan hanya atas dasar pertimbangan persoalan jarak wilayah perlunya perlakuan adil. Ada keanekaragaman lain yang tak hanya sekedar perbedaan jarak wilayah.
Jumlah suku di negeri ini sangat luar biasa. Ada lebih dari 13 ribu suku dan keragaman bahasa baik sintaksis maupun dialek. Kebhinekaan itu melengkapi perbedaan jarak antar wilayah.
Sangat dahsyat kebhinekaan Indonesia. Luar biasa keunikannya. Tidak ada negara di dunia ini yang demikian penuh warna dalam berbagai aspek kehidupan seperti Indonesia.
Soal keragaman agamapun sangat mencengangkan. Bahkan jika lebih dalam lagi mencermati diantara internal pemeluk agamapun eksis keragaman pemahaman walau sebatas furu’ atau ranting. Tak hanya ummat Islam keanekaragaman terlihat. Juga pada agama lain, perbedaan pemahaman keterikatan keagamaan mewarnai keseharian.
Dengan hanya mencermati selintas saja, siapapun dapat mengetahui betapa dahsyat warna warni negeri ini. Sungguh sangat tepat semboyan Bhinneka Tunggal Ika, walau berbeda-beda namun tetap satu: Indonesia, NKRI.
Indonesia seakan sebuah orkestra besar dengan bermacam-macam instrumen yang memiliki kekhasan suara. Namun, perbedaan suara, dengan dirijen konduktor mumpuni serta kesadaran seluruh pemegang instrumen mampu membentuk alunan indah dan syahdu, bernama Indonesia Raya.
Adakah yang lebih bernilai dari keindahan tiada tara yang bahkan satu-satunya di dunia. Masihkah ada syahwat sekecil apapun untuk mengusik keindahan, kedamaian, persaudaraan yang demikian indah.
Tak tergerakkah mereka yang masih belum mensyukuri karunia Tuhan Yang Maha Kuasa itu untuk belajar dari berbagai konflik yang mengucurkan darah dan air mata di berbagai negara Timur Tengah. Adakah belum terbuka nurani mereka menyaksikan penghancuran nilai kemanusiaan sehingga masih saja tergoda mengusik dan mengotori keindahan zamrud khatulistiwa, Indonesia indah tercinta.
Kita yang masih memiliki nurani perlu terus mengawal dan merawat zamrud khatulistiwa. Kita juga perlu mendorong aparat berwenang untuk bertindak tegas kepada siapapun yang memperlihatkan indikasi ingin mencabik kesatuan dan kedamaian NKRI dengan membenturkan keanekaragaman suku, agama, jarak kewilayahan dan aneka keragaman lainnya hanya demi memuaskan syahwat kekuasaan.
Jangan pernah lengah merawat dan menjaga keindahan negeri ratna mutu manikam yang tiada duanya. (*)
*Ketua Banggar DPR RI.