SUMENEP, koranmadura.com – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus berupaya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat guna mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu upaya yang dilaksanakan OJK ialah menggalakkan sosialisasi literasi keuangan, seperti dilaksanakan di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, Selasa, 22 Februari 2022.
Dalam pelaksanaannya OJK bekerja sama dengan Lembaga Studi Arus Informasi (LSAI). Kegiatan tersebut berlangsung di De Baghraf Hotel di Jl. Panglima Sudirman, Kelurahan Pajagalan, Kecamatan Kota.
Pada kegiatan yang diikuti 50 lebih peserta ini, LSAI mendatangakan dua pemateri yang memang kompeten di bidang keuangan, yakni Pimpinan Cabang Bank Mandiri Sumenep Affandi Fajar Putra dan Dosen STIE Bakti Bangsa Pamekasan Abd. Salim, SE, MM.
Direktur Eksekutif LSAI Abrari menyampaikan, edukasi dan literasi keuangan merupakan kemampuan dasar yang penting dan wajib dimiliki setiap individu. Tujuannya agar lebih melek dan cerdas berkeuangan sehingga pada akhirnya dapat berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional.
“Kegiatan yang kami laksanakan ini merupakan bagian dari upaya mencerdaskan masyarakat, khususnya di Kabupaten Sumenep, dalam hal keuangan,” kata Abrari.
Menurut dia, berdasarkan hasil survei OJK, tingkat literasi masyarakat terbagi menjadi empat bagian. Pertama, 21,84 %, masyarakat memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan, serta memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.
Kedua, sebanyak 75,69 %, masyarakat memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan.
Ketiga, sebanyak 2,06 %, masyarakat hanya memiliki pengetahuan tentang lembaga jasa keuangan, produk dan jasa keuangan. Sedangkan keempat, 0,41%), masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan dan keyakinan terhadap lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan, serta tidak memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa
“Kalau kita-kita yang ada di sini, sepertinya masih termasuk pada tingkatan yang ketiga, hanya memiliki pengetahuan tentang lembaga jasa keuangan, produk dan jasa keuangan. Oleh karena itu, edukasi mengenai literasi dan inklusi keuangan ini perlu terus didorong,” ujar dia.
Abrari berharap seluruh peserta bisa menangkap materi yang disampaikan dengan baik. Dengan begitu minimal mereka punya kemampuan dalam melakukan perencanaan keuangan demgan baik.
“Lebih dari itu, saya berharap pasca kegiatan ini seluruh peserta juga mampu memilih dan memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan sesuai dengan kebutuhan, serta terhindar dari aktivitas investasi tidak jelas yang belakangan santer kita dengan informasinya,” tambahnya. (FATHOL ALIF/ROS/VEM)