BANGKALAN, koranmadura.com – Demo terkait ketidakjelasan kasus teror terhadap 7 aktivis Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur sempat memanas. Hal itu, terjadi saat Kapolres, AKBP Alith Alarino menanyakan aktor gerakan demo dengan nada tinggi.
“Siapa koordinator lapangannya? Saya ingin tahu orangnya. Di surat pemberitahuan atas nama Romli,” kata Kapolres Bangkalan, menggunakan nada tinggi, pada saat menemui massa aksi, Senin, 7 Maret 2022.
Baca: Kasus Teror Terhadap 7 Aktivis Bangkalan Mandek, Sejumlah Pemuda Demo Mapolres
Tak terima karena Kapolres Bangkalan menggunakan suara nada tinggi, massa aksi langsung merapat dan sempat ada saling dorong dengan polisi. Sedangkan petugas yang lain mengamankan Kapolres, namun ia enggan bergeser dari tengah gesekan massa.
“Sudah jangan sampai ada pertikaian. Petugas mundur, kasih ruang. Dan massa aksi harus gunakan bahasa santun. Karena orang Madura terkenal sopan santun, menjaga etika,” kata dia.
Beruntungnya, massa aksi masih bisa mengontrol emosi. Alith sapaan akrab Alith Alarino mendengarkan dan menanggapi beberapa tuntutan-tuntutan dari massa aksi dengan nada santun.
Sementara Suhud, salah satu orator menyampaikan, dirinya bersama teman yang lain datang ke Mapolres Bangkalan, hanya ingin mengingatkan kembali, bahwa di Kota Salak ada kasus teror terhadap 7 aktivis. Namun, hingga saat ini belum ada kejelasan.
“Kami ke sini ingin aksi solidaritas. Tidak mencari keributan. Kami hanya minta kejelasan terkait kasus teror terhadap aktivis yang masih mangkrak,” kata dia.
Aksi demo di depan Mapolres masih berlanjut. Massa secara bergantian menyampaikan tuntutan atas ketidakjelasan kasus teror terhadap 7 aktivis. Teror tersebut diantaranya pembacokan, perusakan kendaraan dan rumah kediaman, serta penembakan. (MAHMUD/ROS/VEM)