SUMENEP, koranmadura.com – Ratusan masyarakat dari Kecamatan Ganding unjuk rasa di depan Mapolres Sumenep, Madura, Jawa Timur, Kamis, 17 Maret 2022.
Dalam unjuk rasa tersebut, masyarakat menyampaikan beberapa hal terkait Herman yang tewas dalam insiden 13 Maret 2022 lalu di Jl. Adirasa, Desa Kolor, Kecamatan Kota.
Herman tewas usai ditembak anggota polisi setelah tak mengindahkan beberapa kali tembakan peringatan. Waktu itu Herman diduga sebagai begal.
Baca: Demo Mapolres Sumenep, Masyarakat: Herman bukan Begal!
Terkait dugaan tersebut, massa aksi menepis dengan tegas. Dalam orasinya, Robi Nurrahman menyampaikan bahwa Herman bukan begal, seperti yang selama ini ramai beredar di media sosial.
Menurut Ketua DPC GMNI Sumenep itu, Herman juga bukan peminum seperti kesaksian salah seorang yang mengaku sebagai ‘paman’ Herman. “Herman pemabuk adalah tuduhan tidak berdasar,” tegasnya.
Selanjutnya, dia juga menepis informasi yang menyebut bahwa Herman pernah mencuri kotak amal masjid. “Informasi itu ada karena H. Jalil salah mendengar kabar. Herman sebenarnya mengambil tabungannya sendiri. H. Jalil telah minta maaf kepada pihak keluarga dan mengklarifikasi bahwa yang ia katakan sebelumnya tidak benar,” tambah dia.
Menurutnya, Herman hanya terganggu jiwanya akibat persoalan keluarga, bukan ekonomi. Selama beberapa hari terakhir sebelum meninggal, Herman sering meminjam kendaraan orang lain meski dirinya membawa kendaraannya sendiri.
“Termasuk sepeda motor milik kepala desa yang pernah ia coba pinjam. Hal itulah yang dianggap masyarakat sekitar bahwa Herman sedang dalam keadaan depresi akibat persoalan rumah tangga,” katanya, lebih lanjut. Oleh karena itu, ia meminta agar lima oknum polisi yang diduga telah mengabaikan hak asasi manusia dan berlebihan saat melakukan tindakan ‘tegas dan terukur’ terhadap Herman hingga tewas agar diproses sesuai peraturan yang berlaku demi terwujudnya keadilan. (FATHOL ALIF/DIK)