SAMPANG, koranmadura.com – Untuk meraih predikat terbaik tentu tidak mudah, harus dengan tekad dan keuletan yang penuh perjuangan.
Seperti yang dilakukan Siti Harizah (30), seorang perempuan asal Desa Karang Penang Oloh, Kecamatan Karang Penang, Sampang, yang tak kenal lelah untuk terus menimba ilmu.
Di tengah kesibukannya menggeluti berbagai organisasi maupun forum dan berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakoninya, tentunya ibu satu anak ini bak “Wonder Women” kekinian yang ada di Kota Bahari, Sampang, Madura, Jawa Timur.
Bagaimana tidak, bergelut di Lembaga Penanggulangan Bencana dan Iklim (LPBI NU), Fatayat NU di PAC Karang Penang, Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB), COE BKKBN hingga di Pelopor Perdamaian, tidak membuatnya pusing dan kendor semangat untuk terus belajar.
“Sebenarnya seorang wanita itu multi talenta dan harus pintar bagi-bagi waktu. Memang pertama harus memprioritaskan suami dan anak. Dan perlu diingat, sebagai manusia sosial maka tidak akan pernah lepas dari hidup bersosial dengan baik tanpa mengganggu waktu satu sama lain. Tapi itu semua butuh yang namanya ilmu dan trik tertentu agar tidak ada yang terbengkalai. Waktu harus kita atur sebaik mungkin dan hindari menggunakan waktu untuk kegiatan yang kurang bermanfaat,” ungkapnya kepada koranmadura.com, Senin, 4 April 2022.
Meski ditinggal kedua orang tuanya sejak masih mengenyam pendidikan sarjana, namun hal itu tidak menyurutkan semangatnya untuk terus menimba ilmu hingga ke pasca sarjana. Perempuan yang akrab disapa Riza ini menjelaskan selama satu tahun lebih kuliah di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, dia membiayai kuliahnya secara mandiri tanpa melalui jalur beasiswa.
Hari Kamis, 31 Maret 2022 kemarin, menjadi momen bahagianya selama setahun lebih berjuang di bangku kuliah. Ia pun terpilih menjadi lulusan terbaik dari 800 mahasiswa yang diwisuda dengan nilai IPK 3,75 pada rapat terbuka senat, Program Studi (Prodi) Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang periode II 2022.
“Sebenarnya bukan mudah, tapi memang harus semangat. Selama ini, saya lebih fokus bagaimana saya harus bisa mendapatkan ilmu sebanyak-banyaknya dari manapun itu, tapi yang jelas harus ilmu yang bermanfaat ke depannya terlebih kepada masyarakat,” katanya.
Mbak Riza, sapaan akrabnya, mengaku dalam mengejar ilmu itu tidak ada batasan. Apapun ilmu yang akan di dapat tidaklah menjadi halangan. Namun yang terpenting bisa diaplikasikan, baik dalam rumah tangga, keluarga, masyarakat, bahkan untuk bangsa dengan tanpa keluar dari koridor syariat islam.
“Niat memang harus selalu tertanam dalam jiwa raga supaya power kita semua terisi. Sama halnya kita semua dalam menjalani hidup ini harus ada target dan niatan bagaimana kita harus berkah dunia akhirat,” ujarnya menggebu-gebu.
Dengan apa yang diraihnya saat ini, Ia pun masih merasa haus ilmu. Ia pun mengaku akan berupaya untuk penyelesaian ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau program doktor (S3) di kampus yang sama.
“Saya juga guru pengajar meski penghasilan tidak seberapa, tapi dukungan suami dan keluarga itu sangat luar biasa. Suami saya tetap mendukung langkah baik saya, selama itu tidak melanggar koridor seorang perempuan,” akunya.
Ditanya tips mudah agar bisa menyelesaikan akademik dengan Mudah, aktivis kebencanaan ini menyampaikan yaitu harus membiasakan diri manakala ada tugas akademis agar langsung dikerjakan, apapun itu kondisinya.
“Kebiasaan saya setiap ada tugas langsung dikerjakan meski harus pulang pergi dari Madura ke Malang dengan jarak yang sangat jauh. Terlebih ketika berbarengan dengan kegiatan sosial kemasyarakatan itu sangat menguras tenaga, makanya perlu pintar mengatur waktu,” tuturnya.
Dia menuturkan, waktu pertama masuk di Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, banyak tantangan yang harus diperjuangkan. Mulai dari jarak yang jauh hingga harus pulang pergi setiap satu minggu dan itu pun tidak mengenal hujan serta panas.
“Kekurangan biaya itu sudah biasa, tugas demi tugas silih berganti dengan waktu yang sebentar, namun itu semua tidak pernah menjadi penghalang dalam semangatku untuk menuntut ilmu dan menyelesaikan S2 ini tepat waktu,” terangnya.
Bahkan, kata Riza, kurang empat bulan dari target waktu yang ditentukan kampusnya, dirinya hampir mau berhenti di semester dua lantaran menguras waktu dan pikirannya. Karena ketekunan dan kesabarannya, akhirnya tantangan bisa dilewati dengan mudah.
“Alhamdulillah, karena dukungan dari keluarga dan kepercayaan diri untuk tetap bersabar, alhasil dengan modal optimis dan semangat yang kuat akhirnya saya bisa melewati hingga jadi magister terbaik,” ungkapnya dengan nada bahagia.
Atas capaiannya, Riza merasa bersyukur atas nikmat yang Allah berikan kepadanya. Prestasi itu dia peruntukkan untuk suami, anak, keluarga dan teman-temannya yang memberikan dukungan hingga tahap akhir.
Tak lupa, Riza juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, karena berkat bimbingan dan motivasi mereka membuatnya bisa seperti saat ini. (MUHLIS/DIK)