Oleh : Miqdad Husein
Jika mudik balik tahun ini benar seperti disebut Balitbang Kementrian Perhubungan berkisar 85,5 juta, jelas pergerakan manusia jelang dan sesudah Idul Fitri tahun ini, tergolong sangat dasyat.
Keakuratan data itu mungkin ada yang mempertanyakan. Namun jika mencermati pemberitaan arus mudik balik tahun ini, sulit mengingkari.
Berdasarkan data Balitbang Kemenhub, asal mudik utama terbesar yaitu berasal dari Jawa Timur (14,6 juta orang/17 persen), Jabodetabek (14 juta/16 persen), Jawa Tengah (12,1 juta/14 persen), Jawa Barat (9,2 juta/11 persen). Sementara itu, untuk kota tujuan terbesar mudik yaitu: Jawa Tengah (23,5 juta/28 persen), Jawa Timur (16,8 juta/20 persen), Jawa Barat (14,7 juta/17 persen), Jabodetabek (5,9 juta/7 persen), Yogyakarta (3,9 juta/5 persen).
Secara kasat mata terlihat jelas betapapun pemerintah sampai merasa perlu memberlakukan one way, satu arah, tetap saja untuk jalan tol kawasan Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, kemacetan terjadi karena kepadatan arus lalu lintas yang sangat luar biasa. Jangan lupa kemacetan sejenis, bukan hanya terjadi sehari. Pemberlakuan one way untuk arus mudik sudah diberlakukan sejak tanggal 29 April. Itu artinya, tiga hari berturut-turut. Belum lagi saat arus balik.
Namun, penanganan pemerintah tergolong luar biasa. Sekalipun arus mudik balik luar biasa, serta sempat terjadi kepadatan dan kemacetan, praktis tidak ada kejadian luar biasa. Kemacetan terjadi sangat teknis seperti penumpukan penumpang di rest area atau penumpang berhenti dibahu jalan. Artinya, sekalipun sangat dasyat dan terjadi kemacetan, solusi cepat membuat pemudik tetap merasakan relatif nyaman.
Sempat ada demonstrasi di jalan tol, ketika arus mudik dari Bandung protes karena jalan tertutup akibat one way. Sangat bisa dipahami karena arus mudik tidak hanya dari arah Jakarta tetapi hampir dari seluruh daerah di Indonesia. Mungkin ini catatan penting bagi petugas di masa mendatang. Alhamdulillah sudah langsung dilaksanakan tahun ini ketika terjadi arus balik yaitu: tidak sepenuhnya jalan tol digunakan one way. Disisakan satu jalur, khusus yang berlawanan arah karena memang itu tadi, mudik dan balik terjadi hampir ke seluruh daerah di negeri ini.Mungkin, yang sedikit mengganggu mudik tahun ini, walau dapat pula teratasi kasus di Merak, Banten. Kemacetan relatif lama dan panjang karena keterbatasan kapal penyeberangan. Namun, di kawasan Banten itu, tetap dapat terurai dan saat balik praktis kemacetan tidak terdengar lagi.
Paparan obyektif lainnya adalah fakta bahwa diberbagai daerah tujuan mudik, kemacetan terjadi. Seorang pengemudi menceritakan ketika lewat jalan tol Cikampek, Cipali, berkat one way berjalan relatif lancar walau padat luar biasa.
Namun, setelah ke luar pintu tol Plumbon kemacetan terjadi. Kemacetan di berbagai daerah itu, hampir merata di seluruh daerah. Semuanya menggambarkan dasyatnya mudik tahun ini. Sehingga memang bisa dipahami jika berdasarkan perhitungan Balitbang Kementrian Perhubungan arus mudik mencapai angka spektakuler 85,5 juta.
Mungkin menarik mencermati dinamika mudik balik terhadap aktivitas ekonomi di berbagai daerah. Untuk soal ekonomi ini, sample paling sederhana tingkat hunian hotel. Berdasarkan data kasar, sangat sulit mendapatkan kamar hotel di berbagai daerah. Tingkat kesulitan itu bahkan sekitar lima hari sebelum lebaran sampai sekitar tujuh hari pasca lebaran. Tarif hotelpun tergolong tinggi sehingga di masa mendatang, pemerintah perlu menertibkan hotel yang memasang tarif ugal-ugalan Gambaran riil lainnya adalah rumah makan, yang praktis para pembeli terpaksa harus mengantri bagai pengungsi. Tidak ada rumah makan, di berbagai daerah, yang kekurangan pembeli. Yang banyak terjadi justru kesulitan melayani pembeli, sehingga banyak yang kecewa karena makanan ternyata telah ludes.
Pada konteks ini ada benarnya berbagai analisa berbagai pengamat ekonomi bahwa mudik dan balik dapat menjadi instrumen penyebaran uang ke berbagai daerah. Mudik balik dapat menjadi stimulus pemerataan, ketika uang terlalu banyak bertumpuk di ibukota, termasuk di ibukota provinsi.
Kini, setelah sekitar sepekan Idul Fitri, masyarakat kembali ke tempat aktivitas masing-masing. Sebuah harapan dan doa, semoga masyarakat tetap sehat, tidak terinfeksi Covid-19 sehingga tidak terjadi peningkatan angka terinfeksi. Selamat Idul Fitri, semoga tetap sehat dan kembali beraktivitas untuk masa depan lebih baik.