PAMEKASAN, koranmadura.com – Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur mempertanyakan penanganan penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak sapi yang berada di wilayahnya. Sebab penanganan tersebut hingga saat ini masih belum jelas.
Wakil Ketua HKTI Kabupaten Pamekasan, H Nasir menilai pemkab belum jelas atau lamban dalam penanganan kasus tersebut. Sehingga banyak hewan ternak sapi terdampak sakit, bahkan ada yang mati.
“Jadi, saya anggap Pemerintah Kabupaten Pamekasan yaitu gagal sebagai pemerintah yang membidangi terkait mengenai PMK, dalam berbagai informasi dan bukti di lapangan yaitu banyak sapi yang mati,” terangnya.
Nasir menjelaskan berdasarkan informasi yang diperoleh pihaknya, bahwa di Waru Barat itu sudah ada sapi yang meninggal. Kemudian juga di Desa Sanah.
Harusnya, menurutnya pemerintah sudah mengantisipasi dari awal sebelum penyebaran penyakit itu masif agar bisa menekan angka sapi sakit atau mengalami kematian.
“Kami nanti akan berusaha melakukan audiensi kepada dinas terkait dengan kejelasan penanganan kasus ini,” ujarnya.
Sementara Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Pamekasan, Slamet Budi Harsono tidak menampik dengan banyaknya sapi yang sakit tersebut. Namun untuk sapi yang meninggal, pihaknya masih belum ada laporan.
“2.720 kasus sapi yang sakit di Pamekasan, yang terbanyak di Kecamatan Tlanakan dan Batu Marmar. Terus Kecataman Pegantenan, pokoknya semua ada. (Bagi sapi yang mati) masih belum terlaporkan, ada data-data yang belum dilaporkan oleh teman-teman,” tuturnya.
Budi panggilan akrab Slamet Budi Harsono mengklaim pihaknya sudah menyebarkan petugas medis untuk penanganan kasus tersebut. Menurutnya, jika ada keluhan di masyarakat tinggal melaporkan.
“Juga kita memberikan imbauan kepada petugas untuk memberikan edukasi dan informasi. Jangan panik,” pintanya. (SUDUR/DIK)