JAKARTA, Koranmadura.com – Keterlibatan Indonesia dalam forum Group of Twenty atau yang dikenal dengan G20, terlebih lagi Presidensi G20 yang dipercayakan ke Indonesia pada tahun ini, merupakan bentuk pengakuan atas peran strategis Indonesia mewakili Asia Tenggara dalam perekonomian dan arsitektur keuangan global.
Tantangan global yang terus berkembang membuat pembahasan prioritas-prioritas G20 tidak hanya pada isu keuangan, melainkan juga isu-isu non keuangan. Melalui tema “Recover Together, Recover Stronger”, Indonesia mengusung tiga topik utama yakni arsitektur kesehatan global, transformasi ekonomi berbasis digital, dan transisi energi yang berkelanjutan, dalam penyelenggaraan Presidensi G20 Indonesia tahun ini.
Adapun pembahasan ketiga isu tersebut diharapkan dapat memperkuat dan merestrukturisasi tata kelola dan arsitektur kesehatan global pascapandemi, menciptakan nilai ekonomi melalui utilisasi teknologi digital, serta mencapai kesepakatan global untuk mempercepat transisi energi. Selain memberi solusi bagi permasalahan global, perhelatan G20 juga tentunya diharapkan dapat membawa manfaat strategis bagi Indonesia yaitu dari segi ekonomi dan sosial budaya.
Melalui Presidensi G20 Indonesia juga diharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas SDM dan kuantitas pekerja baru, khususnya di sektor pariwisata, revitalisasi daerah dan promosi sektor pariwisata, peluang kerja sama untuk mencapai target SDGs, serta eksposur potensi dan ekonomi UMKM.
Diketahui secara keseluruhan terdapat sebanyak 437 events yang akan diselenggarakan, terdiri dari 184 meetings dan 253 Side Events.
“Puncaknya adalah KTT G20 summit pada 15-16 November 2022, itu adalah pertemuan tingkat kepala negara,” ujar Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso saat menjadi narasumber dalam acara Dialog Penguatan Internal Polri yang PRESISI dalam rangka memperingati Hari Bhayangkara ke-76 yang bertema “Presidensi G20 Indonesia: Pemulihan Kesehatan, Global Transformasi Digital dan Transisi Energi”.
Selain itu, Sesmenko Susiwijono –demikian dilansir ekon.go.id, Rabu (1/6/2022)– juga menyampaikan bahwa pada tanggal 14 Maret 2022 PBB telah membentuk Global Crisis Response Group (GCRG) untuk menanggulangi isu pangan, energi, dan keuangan dimana isu-isu tersebut juga berkaitan dengan agenda utama G20.
Tujuan dibentuknya GCRG adalah sebagai kepemimpinan politik tingkat tinggi, memfasilitasi pembuatan keputusan dan konsensus global terhadap langkah aksi (permintaan kunci), untuk menghindari, memitigasi dan merespon dampak krisis pangan, energi dan keuangan, mempromosikan langkah aksi melalui advokasi publik dan swasta, serta mendorong keikutsertaan negara dan aktor kritis serta mendorong diskusi publik.
Adapun GCRG beranggotakan 6 kepala negara diantaranya Senegal, Denmark, Jerman, Barbados, Bangladesh dan Indonesia yang ditunjuk menjadi Champions GCRG. Sementara itu, Sekjen PBB dan Presiden Senegal (Chair African Union) akan menjadi Co-Chair dari GCRG.