Oleh : Miqdad Husein
Hari ini (4/7/) Puan Maharani, Ketua DPR RI melaksanakan kunjungan kerja ke Kota dan Kabupaten Cirebon, dilanjutkan ke Tegal. Salah satu acara Mbak Puan, panggilan akrab Puan Maharani adalah bersilaturahmi dengan sesepuh Pesantren Buntet KH. Adib Rofiuddin Izza.
Kunjungan ke Pesantren Buntet memiliki nilai sangat strategis baik dari aspek sejarah maupun menyangkut relasi keislaman dan nasionalisme. Dari aspek sejarah, Pesantren Buntet, di masa penjajahan tergolong sangat aktif memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Sangat banyak cerita heroik tentang perjuangan santri Pesantren Buntet. Nama-nama tokoh Pesantren Buntet seperti Kiai Abbas, Kiai Abdul Jamil dan masih banyak lagi, tertulis dalam tinta emas, perjuangan memperebutkan dan mempertahankan kemerdekaan.
Dalam konteks hubungan dengan keluarga Bung Karno, untuk di era kekinian Pesantren Buntet memiliki relasi sangat kuat. Ibu Megawati misalnya, tiga kali berkunjung menjalin silaturahmi ke Pesantren Buntet. Salah satu moment ketika Ibu Megawati, saat menjabat sebagai Presiden RI, meletakkan batu pertama pembanguan salah satu gedung di Pesantren Buntet.
Tak hanya Ibu Megawati. Tokoh yang dikenal rajin menjalin silaturrahmi, suami Ibu Megawati yaitu Taufik Kiemas dua kali berkunjung ke Pesantren Buntet. Itu artinya, jejak-jejak keluarga Bung Karno, sangat jelas dalam relasi silaturrahmi dengan Pesantren Buntet. Demikian pula tokoh-tokoh PDI Perjuangan lainnya, sangat dekat dengan Pesantren Buntet.
Kehadiran Mbak Puan dengan demikian, dari perspektif kesejarahan seperti menyegarkan patriotisme masa-masa perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Sebagai penerus perjuangan Proklamator Bung Karno, kehadiran Mbak Puan seakan memperkuat energi untuk -era sekarang ini- mengawal keutuhan NKRI.
Secara personal kehadiran Mbak Puan, tak kalah penting. Ia, melanjutkan relasi silaturrahmi Ibunda Megawati, yang sungguh tergolong luar biasa karena sampai tiga kali menyambangi Pesantren Buntet. Tak kalah penting tentu saja, meneruskan semangat luar biasa, yang selalu dipancarkan Ayahanda Taufik Kiemas, yang gairahnya untuk silaturrahmi mempertemukan berbagai kalangan, yang berbeda agama, politik, suku dan budaya, sangat luar biasa.
Dalam konteks relasi keislaman dan nasionalisme, kunjungan itu bernilai lebih strategis lagi. Pesantren Buntet sudah lama dikenal sebagai salah satu simpul terbesar semangat keislaman, yang menjadi bagian representasi ummat Islam di negeri ini. Sementara Mbak Puan, yang berasal dari PDI Perjuangan lekat sebagai representasi nasionalisme. Di sini terlihat jelas bahwa silaturrahmi Mbak Puan ke Pesantren Buntet, apalagi dengan posisinya sebagai Ketua DPR, yang merupakan representasi perwakilan rakyat, akan makin memperkuat relasi keislaman dan nasionalisme. Hubungan dua arus besar itu menjadi garansi meyakinkan untuk menjadi fondasi keutuhan NKRI.
Mbak Puan dengan demikian, dalam kunjungan ke Pesantren Buntet, ibaratnya membawa paket lengkap. Ya, relasi dan silaturrahmi untuk menyegarkan jejak sejarah, agar seperti kata Bung Karno jangan melupakan sejarah (Jasmerah), ya untuk mengeratkan hubungan keislaman dan nasionalisme serta secara personal, meneruskan silaturrahmi indah yang telah dijalin Ayahanda Taufik Kiemas dan Ibunda Megawati.
Sambil menikmati nasi jamblang, empal gentong, tahu gejrot, mie koclok dan makanan khas Cirebon lainnya, Mbak Puan sedang mempererat berbagai simpul relasi strategis untuk memperkuat NKRI serta mewujudkan Indonesia hebat. Insya Allah.