SAMPANG, koranmadura.com – Ramai dibicarakan mengenai peringkat Kabupaten Sampang yang berada di posisi terbawah dalam ajang Pekan Olahraga Jawa Timur (Porprov Jatim) VII 2022, Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat memanggil pimpinan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dispirabudpar) serta Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) setempat untuk dievaluasi.
Kabupaten Sampang dalam ajang Porprov Jatim VII 2022, bertengger di peringkat ke-38 se-Jawa Timur di bawah Kabupaten Trenggalek. Kondisi tersebut membuat geram sejumlah kalangan di Kabupaten Sampang.
Ketua Komisi IV DPRD Sampang, Musaddaq Chalili mengaku kecewa atas prestasi yang dikelola KONI saat ini. Kekecewaan itu lantaran terjadi kemerosotan peringkat yang awalnya berada di urutan 26 kemudian merosot hingga paling bawah yaitu di urutan 38 dalam kontestasi Porprov Jatim.
“Hasil peringkat ini harus dijadikan evaluasi. Tadi kami sarankan ke Disporabudpar mengenai sikap kebijakan harus searah. Karena ranah KONI ini ranah Disporabudpar dan KONI sendiri,” katanya, Selasa, 5 Juli 2022.
Mengenai alasan KONI karena minimnya anggaran, Musaddaq Chalili menyampaikan ada tiga dasar yang harus dimiliki bersama untuk peningkatan prestasi dalam kegiatan olahraga tersebut, yaitu kemauan besar, sarana-prasarana, dan lingkungan yang mendukung. Sehingga apabila poin mengenai anggaran kecil saja dijadikan alasan, maka dikatakannya juga tidak benar.
“Artinya kemauan KONI itu harus ada dan harus ditingkatkan. Sebab dengan perolehan peringkat yang merosot saat ini menjadi bukti, sehingga harus benar-benar ditingkatkan. Dan tiga poin itu harus ada karena anggaran tinggi tapi kemauan tidak ada, ya, percuma. Tapi yang jelas anggaran itu pendukung, misal jika lapangan tidak ada, yang mau berlatih di mana,” paparnya.
Sementara Ketua KONI Kabupaten Sampang, H Abd Wasik usai pemanggilan menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat dan pemerintah Kabupaten Sampang atas capaian target peringkat di ajang Porprov Jatim VII 2022 tidak sesuai dengan harapan.
“Akan tetapi capaian saat ini merupakan hasil kemampuan dari atlet di masing-masing cabor. Dan sebenarnya kami tidak kecewa atas perolehan medali saat ini. Karena dengan memberangkatkan 14 cabor kami mendapatkan 15 medali,” ucapnya.
Abd Wasik juga menyampaikan berkenaan dengan peringkat dan perolehan mendali, dikatakannya terdapat beberapa pergeseran yang awalnya cabor ditargetkan mendapat medali emas tenyata menjadi medali perunggu dan kemudian yang ditargetkan mendapat medali ternyata tidak mendapatkan medali.
“Ya itulah pertandingan. Tapi kami tetap semangat dan terus mencoba maksimal, namun faktor pendukung seperti sarana dan prasarana harus terpenuhi, seperti anggaran karena anggaran KONI di Sampang itu paling rendah se-Jawa Timur, yaitu Rp 1,7 miliar. Sedangkan target kami di posisi 20 besar, tapi nyatanya jauh dari harapan karena ada sedikit hambatan karena metode-metode yang sudah direncanakan menjadi tidak terlaksana karena keterbatasan anggaran. Akan tetapi sejatinya kami tidak menyalahkan anggaran, karena berapapun anggaran yang diberikan pemerintah daerah harus dikelola maksimal,” akunya.
Wasik juga menilai, peningkatan prestasi hingga capaian menuju ke posisi 20 besar dalam pelaksanaannya juga harus berimbang dengan penganggaran. Sehingga dengan posisi peringkat saat ini, pihaknya akan segera melakukan rapat evaluasi.
“Rapat evakuasi dengan seluruh pengurus, nanti juga ada pertanggungjawaban dari cabor ke KONI, KONI ke Disporabudpar dan Disporabudpar ke Bupati. Kami belum menarget untuk even selanjutnya, karena kami akan mengevaluasi dulu. Dan untuk 2023, kami berencana menganggarkan Rp 7 miliar,” katanya.
Disinggung soal seluruh atlet yang mendapat medali apakah mendapat reward, Wasik mengaku akan tetap memberikan reward kepada peraih medali.
“Tadi Bapak Bupati telepon saya, dan beliau menyampaikan untuk mengecewakan para pahlawan yang meraih medali baik emas, perak, ataupun perunggu, samakan reward-nya dengan Kabupaten lainnya di Madura,” janjinya. (MUHLIS/DIK)