JAKARTA, Koranmadura.com – Ketua DPR Puan Maharani meminta pemerintah memperketat pengawasan tempat penjualan hewan kurban menjelang Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriah yang jatuh pada 10 Juli 2022.
Ini penting menyusul maraknya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) yang mayoritas menyerang sapi.
“Pengawasan harus terus dilakukan hingga saat-saat terakhir jelang Idul Adha agar hewan yang dijadikan kurban benar-benar layak dan sehat,” kata Puan Maharani di Jakarta Jumat 8 Juli 2022.
Puan Maharani mengingatkan Dinas Pertanian di setiap daerah untuk terus turun ke lapangan mengecek lapak-lapak penjualan hewan kurban di wilayahnya.
“Kepada warga kami imbau untuk melaporkan ke Dinas Pertanian setempat bila menemukan adanya hewan yang terindikasi tidak sehat. Dan untuk masyarakat yang hendak berkurban, harus jeli dalam membeli hewan ternak,” ucap Puan Maharani yang adalah Ketua DPR perempuan pertama di Indonesia.
Putri Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri itu meneruskan,
“Kalau bisa, beli hewan kurban di tempat atau penjual yang memiliki sertifikasi. Dan pastikan hewan yang dibeli memiliki surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) agar daging hewan kurban aman untuk dikonsumsi.”
Khusus kepada panitia kurban, Puan Maharani meminta agar mengawasi proses penyembelihan dengan seksama. Masyarakat juga harus teliti melihat kondisi daging kurban.
“Meskipun hewan yang terkena PMK aman untuk dikonsumsi setelah direbus minimal 30 menit, warga tetap harus waspada,” tutur mantan Menko MPK itu.
Lebih lanjut, Puan Maharani mendorong Pemerintah mengintensifkan program vaksinasi hewan ternak sebagai antisipasi penyebaran PMK.
Sebab data terbaru memperlihatkan, PMK telah menyebar di 236 kabupaten/kota di 21 provinsi dengan total hewan ternak yang terjangkit PMK mencapai 334.213 ekor. Sebanyak ternak 114.998 ekor sudah dinyatakan sembuh.
DPR, kata Puan Maharani juga mendukung langkah Kementerian Pertanian yang melibatkan dokter hewan dan tenaga paramedik kesehatan hewan di lingkup TNI/Polri untuk melaksanakan vaksinasi.
Meski begitu, diperlukan langkah tambahan agar program vaksinasi hewan lebih maksimal.
“Pemerintah bisa menggandeng mahasiswa kedokteran hewan bekerja sama dengan perguruan tinggi. Tentunya dengan melalui program-program pelatihan terlebih dahulu,” sebutnya.
Saat ini, vaksin PMK tahap pertama sebanyak tiga juta dosis telah tersedia di dalam negeri.
Namun jumlah vaksin PMK yang telah terdistribusikan dan disuntikkan belum maksimal.
“Semakin banyak tenaga kesehatan hewan yang turun, semakin tinggi juga cakupan vaksinasi hewan. Harapannya agar PMK yang menyebar di Indonesia dapat segera diatasi,” tambah Puan Maharani.
Puan Maharani mengimbau para peternak dan pemilik sapi untuk kooperatif dalam program vaksinasi hewan.
Sebab di beberapa daerah, program vaksinasi hewan ini mengalami penolakan.
“Saya memahami, sapi bagi para peternak merupakan investasi masa depan sehingga adanya ketakutan adalah hal yang wajar. Tetapi perlu diingat, vaksinasi dapat memperluat imunitas hewan ternak sehingga akan lebih aman dari PMK,” ungkap cucu Proklamator RI Bung Karno tersebut.
Di sisi lain, penerapan pembatasan mobilitas hewan ternak juga harus dioptimalkan. Petugas yang berada di perbatasan harus betul-betul memeriksa kelengkapan SKKH hewan yang dibawa.
“Ini dilakukan demi kepastian hewan ternak yang akan dikonsumsi masyarakat terjamin kesehatannya,” tutup Puan. (Carol)