SAMPANG, koranmadura.com – Pembentukan relawan kebencanaan di kalangan santri atau biasa disebut Santri Tangguh Bencanan (Sanggub) di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, kian meningkat.
Kali ini ratusan santri di Ponpes Assirojiyyah, Kajuk, Sampang, kembali melaksanakan kaderisasi pembentukan Sanggub. Ratusan santri diberi bekal pembelajaran materi dan praktik seputar isu kebencanaan.
Panitia Pelaksana Sanggub, Ponpes Assirojiyah, Kajuk, Nur Amin menyatakan kegiatan Sanggub saat ini melibatkan kurang lebih 123 santri. Selain itu, keberadaan Sanggub di area Ponpes dikatakannya sangat penting lantaran ketika bencana terjadi, para santri sudah lebih sigap menghadapinya.
“Di wilayah Kajuk sudah diketahui bersama yaitu salah satu daerah rawan banjir. Namun ketika sudah ada Sanggub, para santri sudah lebih sigap menghadapinya dibandingkan sebelum dibentuknya sanggub, karena para santri sudah diberi pembekalan materi dan praktik penanganan kebencanaan,” katanya, Kamis, 18 Agustus 2022.
Tidak hanya untuk kepentingan di internal Ponpes, keberadaan Sanggub diakuinya juga dapat memberikan dampak kepada warga setempat di kala bencana banjir terjadi di wilayahnya.
“Ketika ada warga sekitar membutuhkan tenaga santri di kala ada banjir, santri-santri alhamdulillah sudah siap jadi relawan membantu warga sekitar,” akunya.
Pihaknya juga mengaku sudah tiga kali membentuk Sanggub dan diikuti oleh ratusan santri dikala pembentukan Sanggub dilakukan setiap tahunnya.
Menurutnya, dalam pembentukan Sanggub, para santri akan diberikan pembekalan materi kebencanaan oleh sejumlah pihak seperti Badan Penanggulangan Bencanan Daerah (BPBD), tentang kerelawanan oleh Forum Pengurangan Risiko Bencana (Forum PRB), LPBI NU dan penanganan cepat dari Palang Merah Indonesia (PMI) Sampang.
“Di dalam Sanggub itu pula, para santri juga diajari tata cara mengurus jenazah. Acara Sanggub ini digelar selama dua hari,” paparnya.
Sementara Ketua Forum PRB Sampang, Moh Hasan Jailani menyampaikan, pembentukan Sanggub yang diinisiasi oleh Ponpes Assirojiyyah dikatakannya merupakan satu-satunya deklarasi pertama kali di Jawa Timur.
“Deklarasi Sanggub ini sudah diakui di tingkat Jawa Timur, bahwa cikal-bakal Sanggub itu di Ponpes Assirojiyyah Kajuk Sampang. Dan Sanggub ini mulai bergeser ke beberapa Kabupaten/kota untuk meniru deklarasi Sanggup. Karena mau tidak mau di Jawa Timur ini berbasis warga Nahdliyin dan Ponpes juga besar serta santrinya banyak. Makanya santri atau santriwati harus punya kelebihan mengenal dan menyikapi soal kebencanaan,” tuturnya.
Menurutnya, semakin banyaknya Sanggub terbentuk di wilayah Jawa Timur, maka besar kemungkinan para santri akan berjejaring dan membentuk kekuatan besar dalam upaya pengurangan risiko bencana untuk lingkungan ponpes dan untuk warga sekitar.
“Dan itu harus kita dorong berasama agar pondok-pondok besar di Jawa Timur, khususnya Madura agar membentuk dan mendirikan sanggub di pondok pesantren,” katanya.
Maka dari itu, pihaknya menyatakan konsep pentahelix sangat penting diketahui oleh para santri dalam upaya-upaya penanganan dalam isu kebencanaan.
“Pentahelix itu, kan, di komunitas. Konsep pentahelix di dalamnya ada unsur Pemerintah, masyarakat, media, pengusahanm dan akademisi. Nah santri ini juga komunitas. Jadi, kami kenalkan konsep pentahelix dalam isu pengurangan risiko bencana agar bisa berkolaborasi dengan semua unsur. Baik saat mitigasi pengurangan bencana, atau bahkan saat bencana,” paparnya. (MUHLIS/DIK)