SAMPANG, koranmadura.com – Tidak lagi dapat jatah makanan, keberadaan populasi kera yang berada di dalam wisata Hutan kera Nepa, di Desa Batioh, Kecamatan Banyuates, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, terancam berkurang lantaran bermigrasi ke sejumlah hutan di luar lokasi wisata karena untuk bertahan hidup.
Salah seorang penjaga hutan Kera Nepa, H Sahri (75), menyampaikan hingga saat ini jatah makan kera di wisata hutan Kera Nepa tidak lagi mendapat jatah. Bahkan pihaknya menyatakan sudah tujuh bulan kera nepa sudah tidak lagi mendapat kiriman makanan dari Pemerintah Kabupaten setempat.
“Kera-kera di hutan Nepa sudah lapar. Sudah tujuh bulan tidak dikirim makanan. Ketika saya tanyakan, katanya tidak nemu jagung. Ya saya bilang, tidak bakal nemu jagung kalau tidak beli. Biasanya makanan kera itu dari Pemkab Sampang di kirim ke Kecamatan Banyuates, dan dari Banyuates ke lokasi kera,” ucapnya sambil nyindir kepada petugas yang ada di pemerintahan tingkat Kecamatan Banyuates, Senin, 22 Agustus 2022.
Biasanya, lanjut H Sahri menyatakan, berat makanan berupa jagung atau kacang yang dikirim Pemkab setempat untuk kera-kera di Hutan Nepa yaitu seberat 50 kilo gram setiap bulannya. Sedangkan jatah makanan untuk kera-kera di Hutan Nepa setiap harinya seberat 6 kilo gram.
“Biasanya tiap bulan dikirim jagung sekitar setengah kuintal. Saya kasih makan kera dua kali sehari. Pagi tiga kilo gram dan sorenya tiga kilo gram,” paparnya.
Dirinya juga menyatakan, populasi kera di Hutan Kera Nepa sudah mulai berkurang karena sudah meninggalkan hutan untuk mencari makan ke luar hutan.
“Ada yang sudah pergi dari hutan untuk nyari makan karena lapar. Yang keluar itu bisa kembali bisa juga tidak. Sekarang kera-kera di sini tersisa sekitar 500 ekor,” katanya.
Ia pun mengaku, selama enam tahun menjadi penjaga Hutan Kera Nepa hanya diminta dan tanpa harus digaji. Hanya saja dirinya diminta oleh juru kunci Hutan Kera Nepa untuk menjaga dan mengantarkan para pengunjung.
“Saya tidak digaji tapi hanya ngandalkan sadekah dari pengunjung yang saya antar. Saya diminta sama juru kunci memberi pakan dan mengantarkan pengunjung serta menjaga pengunjung muda-mudi yang berpasangan agar tidak berbuat mesum. Karena di dalam ada tempat keramat Raden Segoro yang pada bulan Jumadil Uula tanggal 12 ramai pengunjung yang melakalukan selametan,” terangnya.
Sementara Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Sampang, Marnilem saat dikonfirmasi membenarkan bahwa kera-kera di hutan Kera Nepa sudah tidak lagi mendapat jatah makanan dari Pemkab Sampang lantaran minim anggaran. Sehingga untuk tahun anggaran saat ini tidak lagi dianggarkan.
“Selain itu, di hutan Kera Nepa tidak lagi nyetor PAD. Sehingga kami pasrahkan kepada pihak desa agar dikelola secara mandiri, seperti halnya wisata Lon Malang yang desanya bisa ngelola sendiri dan bisa menjadi penghasilan desa,” ujarnya. (MUHLIS/ROS/VEM)