JAKARTA, Koranmadura.com – Pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY bahwa pembangunan infrastruktur pada zaman Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lebih masif dibanding era Presiden Jokowi menuai kritik.
Pernyataan itu dinilai akan menampar mukanya sendiri terutama ayahnya, SBY. Pasalnya data-data pembangunan infrastruktur era SBY dan Presiden Jokowi sudah sangat terbuka dan bisa diakses siapa pun.
Pengamat politik Adi Prayitno dari Parameter Politik Indonesia (PPI), misalnya, memaparkan fakta perbandingan hasil pembangunan infrastruktur era SBY dengan Presiden Jokowi.
Dalam pernyataannya pada Minggu 18 September 2022, Adi Prayitno mengemukakan, untuk membandingkan pembangunan infrastruktur itu tidak sulit karena hasil pembangunan itu bisa dilihat secara langsung oleh rakyat.
Yang paling mencolok, kata Adi Prayitno, adalah pembangunan infrastruktur jalan tol. Selama 10 tahun berkuasa, SBY hanya bisa membangun 189,2 kilometer. Sementara pada era Presiden Jokowi sudah membangunn 1.540,1 kilometer jalan tol hanya dalam tempo tujuh tahun.
Di sektor pembangunan bandar udara atau bandara, selama 10 tahun, SBY berkuasa hanya mampu membangun 24 bandara. Sementara Presiden Jokowi sudah rampung membangun 29 bandara dan sembilan bandara lagi akan selesai pada 2023. Artinya tahun depan, total bandara yang sudah dibangun Jokowi mencapai 38.
Sementara di bidang bedungan, Presiden Jokowi sudah merampungkan pembangunan 12 bendungan selama tujuh tahun berkuasa. Dan, masih ada 27 bendungan yang akan rampung hingga 2024. Artinya, selama 10 tahun berkuasa, Jokowi membangunan 39 bendung. Sementara selama 10 tahun berkuasa, SBY hanya bisa membangun 14 bendungan.
Berdasarkan data-data itu, Agus Harimurti Yudhoyono diminta untuk lebih berbicara berdasarkan fakta dibanding sekadar retorika politik. Sebab sekarang rakyat sudah cerdas menilai mana fakta sesungguhnya dan mana yang hanya bualan belaka.
Berbicara berdasarkan fakta juga penting agar pernyataan yang dikeluarkan tidak menampar muka sendiri atau ibarat pepatah, “Buruk muka cermin dibelah”. (Sander)