Oleh :MH. Said Abdullah | Ketua Banggar DPR RI.
Kepergian Prof. Dr. H. Azyumardi Azra, M.A., M.Phil., CBE, menghadap Sang Pancipta tak dapat dipungkiri merupakan kehilangan besar bangsa Indonesia. Ia, sosok luar biasa dalam pengembangan intelektual terutama tentang khasanah keislaman moderat di negeri ini.
Dalam keseharian, pria kelahairan 4 Maret 1955 di Kabupaten Padang Priaman Sumatra Barat itu, memang seakan bekerja dalam sepi, jauh dari hiruk pikuk riak-riak gempita kehidupan sosial. Padahal gagasan dan pemikirannya tentang keislaman Indonesia sangat menakjubkan. Penghargaan Ratu Elizabeth, yang juga belum berselang beberapa hari wafat, dengan sebutan Commander of The Order of British Empire (CBE) pada tahun 2010 menjadi bukti autentik betapa Azyumardi Azra merupakan intelektual sangat luar biasa, yang telah diakui dunia.
Ia memang bukan intelektual flamboyan yang lontaran pemikirannya penuh retorika bombastis. Mantan Rektor UIN Syarif Hidatullah, Jakarta itu lebih memilih gaya datar dalam menyampaikan berbagai gagasan pemikiran keislaman. Namun soal bobot pemikiran tak seorangpun akademisi meragukannya.
Dikenal sangat produktif dalam melahirkan karya-karya ilmiah, Azyumardi sedikit dari intelektual negeri ini yang meninggalkan jejak intelektual melimpah. Sulit untuk sekarang ini menemukan intelektual yang dapat mengimbangi dalam produktivitas karya ilmiah. Jangan lupa hampir seluruh karyanya tergolong sangat serius serta berbobot tinggi hingga memperkaya khasanah intelektual dunia Islam. Karyanya antara lain Jaringan Ulama, terbit tahun 1994, Pergolakan Poitik Islam, Islam Reformis, Konteks Berteologi di Indonesia, Menuju Masyarakat Madani, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru dan masih banyak lainnya.
Sangat mungkin karena keseriusan karyanya Azyumardi jauh dari gempita kesemarakan intelektual. Hanya para intelektual sangat serius yang lebih mengenal pemikiran dia lebih mendalam.
Menarik jika menelusuri hasil kajiannya memahami dinamika perjalanan keislaman di negeri ini. Ia demikian obyektif melihat persentuan kedatangan agama Islam dan agama Hindu, yang dianut masyarakat sebelum Islam datang. Bukunya yang tergolong berat penuh data, berjudul Jaringan Ulama menegaskan kemampuan pisau analisa obyektif mencermati perkembangan keislaman khas Indonesia.
Azyumardi sangat fasih memaparkan perjalanan kedatangan Islam ke Indonesia yang saat itu masih menganut agama Hindu. Diakuinya sulit mengingkari fakta interaksi Islam dan Hindu hingga mewarnai keterikatan keislaman terutama masyarakat Jawa. Penerimaan Islam beberapa budaya bernuansa Hindu seperti wayang dan gamelan, menjadi bukti autentik betapa interaksi agama Islam dan Hindu sangat intens.
Azra melihat interaksi pemahaman keislaman dan Hindu penuh warna yang kadang menimbulkan berbagai riak-riak sosial. Dalam perjalanan keislaman seperti terlihat sekarang ini, masyarakat Jawa terutama, merasakan secara alamiah identitas keislaman khas yang boleh disebut sangat Indonesia dengan ciri-ciri nuansa perjalanan panjang keanekaragaman budaya.
Diakui, Azyumardi memberikan pemahaman tentang kekhasan keislaman masyarakat Indonesia, melalui paparan perjalanan keislaman yang mengalami persentuan sosial dengan masyarakat Hindu. Sebuah keislaman khas Indonesia, yang jauh dari amarah dan kekerasan.
Melalui berbagai paparannya, Azyumardi seperti disebut Dubes Inggris Martin Hartfull, yang menyerahkan penghargaan Ratu Alizabet, 28 September, di Jakarta, mampu membuka mata dunia bahwa rujukan Islam bukan hanya Timur Tengah dan Asia Selatan semata. Keislaman Indonesia, dengan kekhasan yang ramah, jauh dari amarah merupakan salah satu yang bisa jadi sangat menarik untuk menjadi referensi dunia.
Azyumardi sejatinya telah mewujud menjadi seorang duta intelektual yang memberikan gambaran keindahan keislaman khas Indonesia, yang penuh kedamaian. Sebuah kekhasan yang perlu terus dijaga, di tengah godaan gangguan provokasi keras ideologi transnasional atas nama agama maupun ideologi sekularistik. Selamat jalan Prof. Azyumardi Azra, menjadi tanggungjawab kami menjaga keislaman khas Indonesia, sebagai khasanah indah tiada tara.