BANGKALAN, koranmadura.com – Sulitnya pengiriman sapi di masa Penyakit mulut dan kuku (PMK), membuat salah seorang pedang sapi, Adnan, asal Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur harus berangkat ke Malaysia. Dia beralih profesi menjadi kuli bangunan.
“Kalau menunggu pengiriman sapi yang belum pasti, lebih baik ke Malaysia. Mau dikasih apa keluarga saya, kalau hanya menunggu seperti ini,” kata Adnan kepada wartawan koranmadura.com, pada Senin 19 September 2022.
Dia bercerita, sebelum adanya kasus PMK, dirinya kerap kali mengirim sapi potong ke Kalimantan Barat, Samarinda hingga Bali untuk dijual. Sekali berangkat sekitar 300 ekor sapi diangkut menggunakan kapal.
“Saya biasanya beli ke pasar-pasar lalu dikirim ke Kalbar atau ke Bali untuk dijual kembali,” ujar dia.
Sapi Madura, kata dia, diminati oleh pembeli. Sebab, ciri khas daging berwarna merah cerah, terlihat empuk, berserat halus, dan rendah lemak, membuat pembeli tertarik. Sehingga, lanjut dia, tidak heran jika berbagai daerah sering minta permintaan ke Madura.
“Teman-teman saya yang di Kalbar dan Bali minta dikirim sapi potong, tapi tidak bisa karena ada PMK. Karena saya tidak mengirim, kebutuhan hidup banyak, terpaksa saya kerja bangunan,” kata dia.
Menanggapi keluhan tersebut, Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan (Disnak) Bangkalan, drh Ali Makki mengungkapkan, pengiriman sapi di masa PMK ini ada aturan-aturan yang harus dipatuhi untuk mencegah penyebaran virus PMK di setiap daerah.
“Ada SE nomor 5 tahun 2022 tentang pengendalian lalu lintas dan produk hewan rentan PMK Berbasis Kewilayahan,” kata dia.
Menurut dia, pengiriman sapi antar kabupaten dan kota dalam satu provinsi cukup Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dan vaksin minimal 1 kali. Namun jika antar provinsi ada surat permintaan dari daerah yang dituju pengiriman sapi.
“Kalau antar provinsi tidak perlu syarat vaksin. Tapi harus ada surat permintaan. Itu sudah jadi wilayah pemerintah provinsi,” kata dia.
Dia menegaskan bahwa Disnak Bangkalan tidak mempersulit dalam pengiriman sapi potong. Asalkan, syarat yang dibuat oleh pemerintah terpenuhi. Pihaknya juga tetap memperhatikan perekonomian masyarakat yang bergantung pada berdagang sapi.
“Kami juga faham dengan menutup pengiriman sapi akan berdampak pada pedagang. Makanya kami tidak mempersulit asal syarat dipenuhi,” katanya. (MAHMUD/DIK)