JAKARTA, Koranmadura.com – Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto membongkar rahasia awal mula retaknya hubungan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dengan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang berlangsung sejak Pemilu 2004 hingga saat ini.
Dalam keterangannya di Jakarta, Rabu 28 September 2022, Hasto Kristiyanto mengungkapkan, ada kepentingan Amerika Serikat di balik hubungan Megawati Soekarnoputri dengan SBY yang tidak kunjung membaik dalam kurun waktu hampir dua dekade terakhir.
Hasto Kristiyanto membuat pernyataan itu menanggapi politisi Partai Nasdem yang juga mantan politisi PDI Perjuangan Zulfan Lindan bahwa SBY adalah Boy of America. “Apa yang disampaikan Bang Zulfan Lindan betul,” kata Hasto Kristiyanto.
Hasto Kristiyanto lalu bercerita tentang peristiwa panggilan telepon dari Presiden Amerika Serikat, George W Bush. Dan, keterpilihan SBY pada Pemilu 2004 tidak terlepas dari dukungan Amerika Serikat.
Pasalnya, selama menjadi presiden periode 2001-2004, kebijakan luar negeri Megawati Soekarnoputri tidak sejalan dengan keinginan Amerika Serikat. Karena itu, Amerika Serikat berpaling ke SBY. Meskipun hubungan pribadi antara Megawati Soekarnoputri dengan George W Bush tetap baik dan akrab. Namun dalam hal berbangsa dan bernegara, Megawati Soekarnoputri tidak akan bisa goyah.
“Hubungan secara pribadi antara Ibu Mega dan George W. Bush baik dan secara personal dekat. Namun menyangkut urusan berbangsa dan bernegara, Ibu Mega sangat kokoh pada prinsip. Kebijakan luar negeri Ibu Megawati banyak yang tidak sejalan dengan kepentingan nasional AS. Atas dasar hal tersebut, maka preferensi politik AS kemudian beralih ke SBY,” Jelas Hasto Kristiyanto.
Hasto Kristiyanto menyinggung soal penyerahan pengelolaan cadangan minyak Blok Cepu kepada ExxonMobil, perusahaan minyak Amerika Serikat, pada era SBY. Menurut Hasto Kristiyanto, ini adalah imbalan politik yang harus dibayar SBY kepada Amerika Serikat.
“Karena itulah hanya beberapa saat setelah Pak SBY menjadi presiden, Blok Cepu diserahkan ke ExxonMobil sebagai hadiah atas dukungan Amerika Serikat terhadap Pak SBY,” papar Hasto Kristiyanto lagi.
Lebih lanjut Hasto Kristiyanto menjelaskan, “Dalam Pertemuan Bali Concorde di Bali tahun 2003, saat George Bush minta agar Blok Cepu diberikan ke ExxonMobil, tetapi Ibu Mega mengatakan bahwa blok minyak tersebut milik Pertamina.”
“Ketika SBY jadi Presiden, dirut Pertamina yang ditunjuk zaman Bu Mega menolak, lalu diganti sama SBY dan akhirnya Blok Cepu diberikan ke AS sebagai ‘upah politik’ sebagaimana disampaikan saat itu oleh almarhum KH Hasyim Muzadi,” jelas Hasto Kristiyanto.
“Belakangan saya tahu, mengapa AS tidak begitu welcome dengan Ibu Mega. Satu, paska 9/11 dalam Pidato di PBB. Ibu Mega mengatakan bahwa akar persoalan terorisme akibat ketidakadilan masalah Palestina. Indonesia mendukung kemerdekaan penuh Palestina,” demikian kesaksian politisi asal Yogyakarta itu. (Sander)