JAKARTA, Koranmadura.com – Ketua DPR RI Puan Maharani memimpin sidang the 8th G20 Parliamentary Speakers’ Summit (P20) yang berlangsung di gedung DPR, Senayan Jakarta, pada Kamis 6 Oktober 2022.
Pada sesi pertama sidang P20, Puan Maharani memimpin diskusi terkait isu iklim dan lingkungan dengan tema ‘Percepatan Pembangunan Berkelanjutan dan Ekonomi Hijau’.
“Di tengah kondisi dunia yang masih rentan dalam upaya pemulihan dari pandemi Covid-19, tantangan global menjadi semakin kompleks dengan keberadaan krisis multidimensi,” kata Puan Maharani.
Krisis multidimensi tersebut mulai dari tekanan geopolitik, krisis pangan dan energi, stagnasi ekonomi, hingga tantangan perubahan iklim dan lingkungan. Puan mengatakan, dampak buruknya dirasakan secara global, terutama oleh negara-negara miskin.
“Untuk pertama kalinya dalam 32 tahun, laporan Pembangunan Manusia PBB menunjukkan standar hidup negara-negara telah menurun secara global selama dua tahun berturut-turut,” ucap perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu.
Puan Maharani meneruskan, “Pembangunan manusia telah jatuh kembali ke tingkat tahun 2016, membalikkan sebagian besar pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) atau pembangunan berkelanjutan.”
Mantan Menko PMK ini juga menyoroti upaya pengentasan kemiskinan yang semakin sulit dicapai. Belum lagi, ketimpangan antarpenduduk dan negara yang semakin tinggi sehingga upaya pencapaian target tanpa kelaparan semakin berat.
“Hal ini menunjukkan pentingnya kita meningkatkan aksi karena waktu untuk penuhi target SDGs kurang dari 8 tahun lagi. Sehingga saya memandang bahwa implementasi SDGs harus dipercepat, dan ketahanan negara berkembang dalam hadapi krisis harus diperkuat,” paparnya.
Akibat krisis multidimensi itu, pendanaan yang dibutuhkan dalam pembangunan menjadi lebih banyak dari sebelumnya. Kesenjangan pembiayaan SDGs global pun meningkat dari USD 2.5 triliun per tahunnya sebelum pandemi Covid-19, menjadi USD 4.2 triliun pasca-pandemi.
Kesenjangan pembiayaan tersebut juga dinilai memerlukan langkah-langkah terobosan untuk pendanaan pembangunan. Puan Maharani menyebut peran parlemen penting dalam membantu mewujudkan pemulihan dunia agar menjadi lebih hijau, inklusif, dan berkelanjutan.
“Parlemen sebagai mitra pemerintah dapat mendukung agar komitmen terwujud dalam aksi nyata,” sebutnya.
Aksi nyata yang dapat dilakukan parlemen, lanjut Puan Maharani, seperti pelaksanaan anggaran yang diarahkan agar bersinergi dengan pembangunan berkelanjutan, termasuk mengakselerasi transisi energi dan penanganan perubahan iklim.
Kemudian mendukung kemitraan global bagi capacity building dan transfer teknologi bagi negara berkembang. Serta implementasi komitmen pendanaan pembangunan bagi negara berkembang, termasuk komitmen pendanaan perubahan iklim USD 100 miliar per tahun.
“G20 yang menguasai 85% ekonomi dunia tentunya dapat berdampak signifikan bagi kemajuan dunia jika melakukan aksi konkrit dan nyata,” tutur Puan Maharani. (Sander)