JAKARTA, Koranmadura.com – Pengamat politik dan peneliti utama BRIN Siti Zuhro mengingatkan agar masyarakat perlu jeli memilih pemimpin dan tidak mudah terkecoh dengan hasil survei yang menjajakan popularitas dan elektabilitas.
“Saya sampaikan itu menyesatkan jika kita memilih hanya karena hasil survei. Kalau perkaranya popularitas itu banyak artis yang terkenal. Tapi apakah bisa Presiden tolok ukurnya itu? Tentu tidak,” katanya dalam diskusi Politik Indonesia Point bertajuk “Saatnya Presiden Perempuan Lagi” di Jakarta, Sabtu 29 Oktober 2022.
Dia meneruskan, “Sangat disayangkan ukuran kita adalah survei. Kita perlu berhitung betul soal kualitas pemimpin, sejauh mana keberpihakannya, rekam jejaknya, komitmen dia untuk kebangasaan. Orang seperti Ibu Puan memiliki kualitas dan kapasitas serta rekam jejak jelas. Bahwa di survei hasilnya rendah itu tidak boleh jadi ukuran.”
Siti Zuhro menyarankan Puan Maharani tetap tampil apa adanya secara alamiah saja tanpa embel-embel yang tidak perlu dan bersifat kosmetika semata.
“Jangan paksa beliau untuk turun ke gorong-gorong. Itu bukan beliau. Biarkan saja tampil apa adanya, alamiah saja, just be your self, tidak usah tiru orang,” kata Siti.
Siti Zuhro meyakini PDI Perjuangan sebagai partai yang menaungi Puan memiliki mesin partai yang mampu mensosialisasikan Puan secara masif kepada masyarakat.
“Saya sangat yakin situasi akan berbeda begitu PDI Perjuangan resmi mencalonkan beliau, itu mesin partai akan bekerja dan penerimaan terhadap Ibu Puan pasti akan lebih bagus dari saat ini,” ucapnya.
Bagi Siti Zuhro pemimpin perempuan bukan saja sudah saatnya tetapi sudah seharusnya Indonesia punya presiden perempuan pada Pemilu 2024.
Pada kesempatan yang sama Ketua Seknas Puan Maharani Presiden (PMP) Firman Tendry Masengi mengajak masyarakat untuk memastikan pada Pemilu 2024 Indonesia punya Presiden Perempuan pertama yang dipilih secara langsung.
“Kita ingin presiden perempuan pertama yang dipilih langsung, bukan karena warisan administratif. Dan itu saya yakin ada pada Ibu Puan Maharani. Rumusnya sederhana, nasib perempuan ditentukan oleh perempuan itu sendiri,” pungkas Firman. (Sander)