Oleh : Miqdad Husein | Kolumnis, tinggal di Jakarta.
Mengejutkan jika dari Madura mencuat kasus dugaan terorisme. Bagaiamanapun selama ini masyarakat Madura lekat sekali dengan Nahdatul Ulama. Demikian lekat terkait NU sehingga ada joke masyarakat Madura di luar NU seakan non-Islam.
Karakter NU sendiri sangat jauh dan bahkan sangat anti kekerasan. Apalagi yang bernuansa kekerasan sistematis seperti terorisme.
Karena itu penangkapan terduga tindak terorisme di Madura apalagi terkait Sumenep, yang dikenal sangat ‘gemulai’ menimbulkan tanda tanya. Ada apa sebenarnya di Madura sampai terciprat terorisme.
Banyak pihak berharap sesuatu yang terasa ganjil ini diungkap tuntas. Benarkah yang tertangkap merupakan warga Madura. Benar-benar asli warga Madura, yang tak sekedar KTP Madura tapi secara kultural memang Madura. Atau hanya oknum yang sekedar berdomisili di Madura. Yang memanfaatkan ketenangan dan keramahan warga Sumenep.
Terlalu aneh masyarakat Madura tergoda terorisme yang memiliki karakter pengecut. Menyerang dari belakang dan bukan berhadapan wajah.
Benar ada stereotip seakan masyarakat Madura berdarah panas. Namun, karakter panas itu jika memang ada sangat sportif. Tidak main serang, main bom gaya terorisme yang mengorbankan orang yang tak bersalah. Carok, duel satu lawan satu, yang menjadi salah satu budaya -walau sekarang sudah berkurang- mencerminkan karakteristik sangat ‘laki-laki.’ Berani adu wajah, bertatap muka -yang berbeda jauh dari karakter terorisme yang selalu menusuk dari belakang.
Keterikatan pada NU dan kiainya yang sangat ramah, jauh dari anti kekerasan dalam beragama apa iya kemudian tiba-tiba berubah menjadi radikalis berlatar belakang agama. Bukankah sangat jelas NU paling gencar memenangi tindakan teror yang memanipulasi agama.
Masyarakat, tokoh-tokoh Madura dapat dipahami jika menuntut agar kasus terorisme itu diungkap sampai ke akar-akarnya. Apa sebenarnya yang melatarbelakangi. Target apa yang ingin dicapai para pelaku. Yang penting lagi benarkah mereka merupakan warga ‘Madura asli.’
Organisasi NU dan Muhammadiyah serta Ormas lainnya, yang telah lama di Madura berharap diusut tuntas sebagai pembelajaran agar tak terulang lagi. Madura yang ramah, yang dominan NU hampir tak mungkin terimbas terorisme. Pasti ada hal luar biasa. Semoga saja segera ada kejelasan. (*)