JAKARTA, Koranmadura.com – Kaum perempuan tak hanya menjadi soko guru keluarga, tetapi juga perekonomian nasional. Pada 2025, di sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), para perempuan pengusaha ini diproyeksikan akan berhasil mengelola usahanya sebesar US$ 135 miliar.
“Partisipasi perempuan dalam dunia usaha semakin meningkat. Pada 2021, tercatat perempuan mengelola 64,5% dari total UMKM di Indonesia. Pada 2025, UMKM yang dikelola perempuan diproyeksikan mencapai US$ 135 miliar. Semua angka tersebut menunjukkan, perempuan memiliki potensi yang luar biasa dan tidak lepas dari upaya memajukan perekonomian di Indonesia,” kata Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga dalam seminar Internasional Trade Center (ITC) SheTrades yang digelar secara daring, Senin (28/11/2022), seperti dilansir kemendag.go.id.
Turut hadir Direktur Eksekutif ITC Pamela Coke-Hamilton dan Direktur Pengembangan Konsumen Unilever Indonesia Hernie Raharja. Seminar daring tersebut mengusung tema “Boosting Gender Responsive Procurement in Indonesia“.
Menurut Wamendag, di tengah ketidakpastian dampak pandemi terhadap UMKM, perempuan pengusaha menunjukkan ketangguhan. Riset United Nations Development Programme (UNDP) tentang dampak pandemi terhadap UMKM di Indonesia menemukan, usaha yang dikelola perempuan lebih mampu bertahan dibandingkan laki-laki.
“Ketangguhan ini ditunjukkan melalui adaptasi UMKM perempuan yang memanfaatkan teknologi digital sebagai sarana distribusi utama,” jelas Wamendag Jerry.
Ia menambahkan, di tingkat usaha mikro, tercatat 52% dari 64 juta pelaku usaha mikro di Indonesia adalah perempuan. Untuk tingkat usaha kecil, 56% dari 193 ribu pemilik usaha kecil adalah perempuan. Untuk usaha menengah, 34% dari 44,7 ribu pelaku usaha adalah perempuan.
“Mengenai keragaman atau ragam produk yang ditawarkan UMKM, kita juga melihat betapa banyaknya produk yang berhubungan dengan perempuan, seperti produk fesyen, kuliner, kecantikan, dan kerajinan tangan. Ini semua adalah potensi perdagangan dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pengadaan barang dan jasa kita,” imbuh Wamendag.
Ia mengatakan, menyadari pentingnya peran perempuan dan UMKM dalam kehidupan ekonomi Indonesia, Kementerian Perdagangan berupaya meningkatkan kontribusi perempuan dan UMKM dalam perdagangan Indonesia. Kementerian Perdagangan juga telah memfasilitasi 500 UMKM melalui program digitalisasi untuk bermitra dengan peritel dan lokapasar modern. Selain itu, pendampingan ekspor juga dilakukan melalui export coaching program kepada 300 UKM di sepuluh wilayah.
“Kementerian Perdagangan akan terus bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mendukung peningkatan peran partisipasi perempuan. Partisipasi dan inisiatif dari pemangku kepentingan terkait, termasuk ITC dan Unilever, akan menjadi kolaborasi yang efektif untuk membangun ekosistem wirausaha perempuan dalam mengadaptasi tantangan global,” ujar Wamendag Jerry.
Kementerian Perdagangan mencatat, ekonomi Indonesia tumbuh positif sebesar 5,72% yearon-year pada kuartal III-2022 di tengah ketidakpastian pertumbuhan ekonomi global. Ketahanan ekonomi dan perdagangan Indonesia ditopang pertumbuhan ekspor yang tumbuh 30,97% YoY pada Januari–Oktober 2022.
Pertumbuhan ini juga membawa surplus neraca perdagangan selama 30 bulan sejak Mei 2020. Neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus US$ 45,52 miliar atau menjadi yang tertinggi dalam sejarah.
Dalam perdagangan dalam negeri, UMKM merupakan salah satu penopang perekonomian Indonesia. Hampir 99,9% pelaku usaha di Indonesia adalah UMKM. Pada 2021, kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 60,5% sedangkan kontribusinya terhadap ekspor nonmigas mencapai 14,3%. (Kunjana)