JAKARTA, Koranmadura.com – Ketua Presidium Kaukus Perempuan Parlemen Republik Indonesia (KPP-RI) yang juga politisi PDI Perjuangan, Rieke Diah Pitaloka mendukung gerakan menolak aksi kekerasan terhadap perempuan.
Bentuknya adalah dengan mengedepankan segala bentuk anti kekerasan, termasuk juga kekerasan di ranah politik seperti sikap diskriminatif.
Rieke Diah Pita Loka menyampaikan hal itu di sela-sela diskusi publik dan kampanye “Aksi Parlemen Menghentikan Kekerasan Terhadap Perempuan di Politik”, di selasar Gedung Nusantara II, Senayan, sebagaimana dikutip dari dpr.go.id, Rabu 30 November 2022.
“Secara psikologis kan apa ya, perempuan itu kadang mengalami di-underestimate-kan jika perempuan lebih ini dari laki-laki gitu. Sehingga dalam proses elektoral misalnya perempuan lebih dianggap tidak pantas menjadi pemimpin karena dia perempuan,” ungkapnya.
Dia meneruskan, “Nah kita menolak itu karena juga mendiskreditkan. Karena dia perempuan, karena tubuhnya gitu loh.”
Lebih lanjut Politisi PDI Perjuangan itu menjelaskan, Kaukus Perempuan Parlemen RI tidak ingin nilai-nilai itu akan terus hidup di dalam demokrasi kita yang secara prinsip adalah mengedepankan martabat setiap warga negara termasuk juga perempuan.
“Kedua kita enggak mau juga ada bentuk pelecehan atau kekerasan fisik yang mungkin terbuka ataupun tidak terbuka di publik. Ya kadang ada yang bersuara tapi banyak juga saya yakin yang tidak bersuara. Syukur kalau itu tidak banyak tapi kita berharap itu tidak ada gitu loh,” ucapnya.
Dia menambahkan, “Kita enggak ingin ada intimidasi atau ada yang pelecehan gitu baik fisik terhadap perempuan di dalam kontestasi elektoral baik itu sebagai pemilih ataupun sebagai kandidat ataupun penyelenggara.”
Diah Pilatoka juga menjelaskan, kekerasan dalam politik itu banyak bentuknya. Namun yang mereka tekankan adalah semua proses demokrasi yang mengedepankan sikap-sikap tidak toleran terhadap kekerasan, termasuk pelecehan yang hari ini banyak ditemukan kekerasan terhadap perempuan.
Diah juga menekankan jika persoalan ini bukan karena persoalan perempuan dan laki-laki tapi terkadang masalahnya adalah yang mengalami kekerasan itu berada dalam posisi yang lemah.
“Kita membutuhkan itu menjadi salah satu nilai yang fundamental dalam demokrasi kita untuk terus bersama kita pegang dan awareness kesadaran masyarakat itulah yang saya harap akan menjaga orang jadi takut melakukannya gitu, karena orang akan membicarakannya,” tutupnya. (Sander)