JAKARTA, Koranmadura.com – Ketua DPR Puan Maharani berharap Kongres Luar Biasa (KLB) Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang akan digelar pada Januari 2023 menghasilkan pemimpin PSSI yang membenahi sistem persepakbolaan nasional menjadi lebih baik.
“Lakukan pengelolaan dan upaya transformasi sepakbola Indonesia secara menyeluruh. Jadikan KLB PSSI untuk transformasi sepakbola Indonesia,” kata Puan Maharani di Jakarta Rabu 2 November 2022.
PSSI memutuskan akan mempercepat KLB sebagai bagian dari revolusi sepakbola di Indonesia. KLB PSSI menjadi syarat dari Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) buntut tragedi Kanjuruhan yang berimbas pada terhentinya kompetisi.
Dalam KLB itu, akan dipilih ketua umum dan jajaran pengurus PSSI yang baru. “Transformasi tata kelola sepak bola Indonesia diperlukan demi kemajuan persepakbolaan kita,” ungkap Puan Maharani lagi.
Lebih jauh Puan Maharani berharap, KLB PSSI dilakukan sesuai mekanisme dan melahirkan kepemimpinan yang dapat membenahi persepakbolaan Tanah Air.
“Kepemimpinan PSSI harus mampu membawa perubahan wajah persepakbolaan Indonesia,” ujar mantan Menko PMK itu.
Puan Maharani sadar, DPR dan pemerintah tidak bisa mengintervensi soal calon Ketua Umum PSSI yang akan dipilih dalam KLB. Namun ia berharap, ada kerendahan hati dan kelegowoan bagi yang merasa tidak mampu mengemban tugas secara optimal.
“Kami berharap, siapa pun pemimpin PSSI yang baru kelak akan bisa memperbaiki tata kelola persepakbolaan nasional sehingga dunia sepak bola Indonesia dapat menunjukkan prestasi di mata dunia,” tutur Puan Maharani.
Menurut Puan Maharani, diperlukan perbaikan dalam pengelolaan kompetisi sepakbola Indonesia. Pasalnya, sudah banyak preseden buruk dari turnamen sepakbola nasional selama ini.
“Dalam olahraga, sportivitas harus selalu dijunjung tinggi. Semangat ini yang harus selalu dibawa dalam setiap kompetisi olahraga, termasuk turnamen-turnamen sepak bola,” tegasnya.
Puan Maharani juga pun mendorong dilakukannya pembenahan tata cara penyelenggaraan pertandingan sepak bola di Indonesia. Khususnya dalam hal keselamatan dan kenyamanan bagi penonton.
“Pertandingan sepakbola ini kan tidak hanya bisa disaksikan oleh kaum laki-laki semata. Maka penyelenggaraan sepak bola harus juga ramah bagi kelompok perempuan, anak-anak, dan juga teman-teman difabel,” papar Puan Maharani. (Sander)