JAKARTA, Koranmadura.com – Keterkaitan kondisi perekonomian nasional dengan perekonomian global menjadi tantangan sekaligus peluang di sektor perdagangan. Untuk menghadapi tantangan perdagangan global yang dinamis pada 2023 mendatang, Kementerian Perdagangan melakukan strategi dalam meningkatkan nilai tambah produk dan memperluas akses pasar ekspor.
Demikian diungkapkan Kepala Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag), Kasan pada “Seminar Outlook Perdagangan Indonesia Tahun 2023” di Hotel Park Hyatt, Jakarta, Selasa (20/12/2022).
Hadir sebagai narasumber Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad dan Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Shinta Kamdani. Seminar ini juga dihadiri sekitar 70 peserta yang berasal dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Bappenas, Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, Kadin, media massa, dan asosiasi.
“Strategi kebijakan diarahkan pada peningkatan nilai tambah produk yang diperdagangkan melalui hilirisasi industri dan iklim usaha yang kondusif, ekspansi dan penetrasi ke pasar ekspor nontradisional, serta peningkatan akses pasar internasional melalui perjanjian perdagangan dan misi dagang. Kami berharap pertumbuhan ekonomi akan tetap terjaga dan terus menjadi kekuatan Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian perekonomian global,” jelas Kasan, seperti dilansir kemendag.go.id.
Kasan menambahkan, peningkatan dan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) melalui digitalisasi maupun fasilitasi lainnya juga menjadi fokus strategi Kementerian Perdagangan. Pemerintah terus berupaya memperkuat pasar dalam negeri melalui instrumen trade remedies dan melakukan pengendalian impor secara selektif. Penguatan pasar dalam negeri dapat memperkuat pertumbuhan ekonomi dan menjadi kekuatan Indonesia menghadapi ketidakpastian perekonomian global.
“Diskusi hari ini menjadi forum bertukar pikiran terkait gambaran peluang dan tantangan perdagangan global dan nasional pada 2023. Selain itu, juga untuk mendapatkan masukan langkah-langkah antisipasi yang perlu dilakukan. Hasilnya nanti tentu dapat digunakan untuk membantu pembuatan rumusan strategi kebijakan jangka pendek dan menengah. Hal ini guna menjaga kinerja perdagangan Indonesia pada 2023,” jelas Kasan.
Berdasarkan data BPS, ekonomi Indonesia tumbuh 5,72% YoY pada kuartal III–2022. Sementara, neraca perdagangan Indonesia juga mencatatkan surplus selama 31 bulan berturutturut. Surplus perdagangan hingga periode Januari–November 2022 menembus angka U$ 50,59 miliar.
Angka tersebut melampaui rekor tertinggi sebelumnya yang tercatat pada 2006 dengan nilai surplus mencapai US$ 39,73 Miliar. Kinerja ekspor pada Januari–November 2022 juga mencatatkan pertumbuhan yang cukup tinggi, yakni tumbuh 28,16% dan mencapai US$ 268,18 miliar. (Kunjana)