JAKARTA, Koranmadura.com – Analis politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago menilai, koalisi perubahan yang terdiri dari Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berpotensi bubar sebelum mereka mendeklarasikannya secara resmi.
Pasalnya, ketiga partai itu masih tarik menarik terkait posisi calon wakil presiden (cawapres) pendamping Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024.
Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis 12 Januari 2022, Arifki Chaniago mengungkapkan, Partai Nasdem diuntungkan karena langkah cepat mereka mendeklarasikan Anies Baswedan capres.
Meski demikian, Anies Baswedan belum benar-benar bisa bertarung pada Pilpres 2024 nanti karena Partai Nasdem tidak memenuhi syarat untuk mengajukan pasangan capres-cawapres sebagaimana diatur dalam undang-undang.
“Ya, jika koalisi perubahan batal deklarasi sepertinya yang paling rugi Demokrat dan PKS. Kedua partai ini tentu juga berharap dengan “efek Anies”,” kata Arifki Chaniago.
Arifki Chaniago meneruskan, “Apalagi dipasangan dengan kadernya sebagai Cawapres. Narasi ini tentu bakal sulit diperoleh oleh Demokrat dan PKS di koalisi lain karena publik mengetahui posisinya sebagai partai oposisi.”
Arifki Chaniago melihat, Partai Demokrat memaksakan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai cawapres untuk Anies Baswedan. Tentu saja ini wajar mengingat dalam survei, AHY lebih baik dari kader PKS lainnya.
Namun modal ini tidak cukup untuk mengantarkan paket duet Anies-AHY karena ada beberapa pertimbangan juga yang berpotensi menyulitkan deklarasi capres dan cawapres ini.
Pertama, kesepakatan Demokrat dan PKS belum tercapai, sehingga antara dua partai ini masih bersaing memperebutkan kursi cawapres.
Kedua, dengan belum munculnya kepastian dari dari koalisi lain terkait capres dan cawapres diasumsikan sebagai penyebab Koalisi Perubahan belum memutuskan nama cawapres Anies.
Ketiga, Nasdem tentu memiliki pertimbangan untuk memperlama deklarasi capres dan cawapres karena posisi menteri di kabinet Jokowi mulai disentil oleh anggota koalisi pemerintahan.
“Jika deklarasi Anies-AHY dipercepat, maka narasi Nasdem mendukung oposisi tentu bakal sulit dibantah. Jika kader-kader Nasdem dipertahankan di kabinet Jokowi, deklarasi capres dan cawapres Koalisi Perubahan bakal menunggu deklarasi koalisi lain,” kata Arifki Chaniago.
Namun, lanjutnya, ceritanya bakal berbeda jika kader-kader Nasdem didepak dari Pemerintahan Jokowi. Nasdem tentu bakal memainkan narasi lebih cepat untuk mendeklarasikan capres dan cawapres, meskipun harus diidentikan sebagai oposisi pemerintahan Jokowi.
Panggung ini juga ditunggu oleh Nasdem. “Tetapi meninggalkan posisi menteri di pemerintahan tentu lebih rugi lagi bagi Nasdem, makanya berdampak terhadap molornya deklarasi capres dan cawapres,” imbuhnya.
Arifki Chaniago menegaskan, “Bubar atau tidaknya Koalisi Perubahan itu tergantung dari kesabaran anggota koalisi ini menunggu realisasi kepentingan masing-masing. Jika ketiga partai ini tidak sabar dan memahami kepentingan masing-masing partai. Koalisi ini bubar sebelum umumkan paket capres dan cawapres sangat berpotensi besar.” (Sander)