JAKARTA, Koranmadura.com – PDI Perjuangan menerima masukan para opinion leader atau pemimpin opini publik. Masukan para pakar ini dibutuhkan untuk memperkuat pelembagaan PDI Perjuangan.
Hal itu diungkapkan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto setelah memimpin DPP PDI Perjuangan melakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan para pakar pada Kamis 5 Januari 2022 di kantor DPP PDI Perjuangan, Jalan Diponegoro Jakarta Pusat.
Para pakar yang diundang hadir pada FGD ini adalah Fachry Ali, Connie Rahakundini Bakrie, Ubeidilah Badrun, Airlangga Pribadi Kusman, Philip J Vermonte, Yudi Latif, Adi Prayitno, Arya Fernandez, dan Adi Prayitno.
Sementara jajaran DPP PDI Perjuangan yang mengikuti FGD tersebut adalah Hasto Kristiyanto sendiri, Ahmad Basarah, Tri Rismaharini, dan Djarot Saiful Hidayat.
Hadir juga Yasonna Laoly, Rudianto Tjen, Sukur Nababan, dan Mindo Sianipar. Tidak ketinggalan Ketua Dewan Pakar Balitpus PDI Perjuangan Sonny Keraf, Andreas Pareira, Deddy Yevri Sitorus, Sekjen dan Ketua DPP TMP Restu Hapsari dan Hanjaya Setiawan.
“Usia ke-50 tahun ini PDI Perjuangan melakukan kritik dan otokritik, mendengarkan masukan para pakar, agar bisa lebih mantap di dalam melakukan pelembagaan Partai, memperkuat komitmen pada wong cilik dan juga tanggung jawab bagi masa depan. Itulah motivasi utama pertemuan ini,” urai Hasto Kristiyanto pada kesempatan itu.
Dengan mengundang para pakar, kata Hasto Kristiyanto, PDI Perjuangan ingin mendapat saran dan masukan bagi kiprah Partai ke depan, khususnya menyongsong Pemilu 2024 dan Indonesia Emas 2045.
Sementara itu, Fachry Ali mengatakan modal paling besar PDI Perjuangan adalah modal budaya yang berkembang di tengah masyarakat, yakni simpati dari hati sanubari masyarakat terhadap partai itu. Rasa cinta itu sudah terbangun dari sejak era Soekarno dan kemudian di era Megawati Soekarnoputri yang ditekan di masa Orde Baru.
“Hal ini penting untuk dikemukakan karena pada pemilu 2004 saat PDI Perjuangan kalah, modal kultural itu disia-siakan,” kata Fachry Ali.
Baginya PDI Perjuangan harus waspada dengan kutukan “kekuasaan”. Artinya, siapa pun yang berkuasa, ia harus menjaga rasa cinta rakyat karena itulah modal terkuat partai politik.
Fachry Ali menambahkan, PDI Perjuangan adalah partai politik yang bisa disebut sebagai pahlawan demokrasi. Itu ditandai oleh keteguhan Ketua Umumnya Megawati Soekarnoputri menolak gagasan pemunduran pemilu dan kekuasaan presiden tiga periode.
“Terkesan PDI Perjuangan selalu defensif, yang sebenarnya dalam konteks berpolitik, itu kurang positif. Dalam konteks visi misi presiden nanti, sikap defensif PDI Perjuangan ini menurut saya harus dihilangkan dulu,” kata Fachry Ali.
Adapun Connie Rahakundini Bakrie mengatakan sebagai parpol terbesar di Indonesia, PDI Perjuangan memiliki peran strategis dalam menentukan arah masa depan bangsa Indonesia.
Dia menilai, PDI Perjuangan akan menjadi salah satu faktor penting yang bisa mengubah paradigma pertahanan dan diplomasi politik luar negeri Indonesia dari yang saat ini defensif menjadi lebih ofensif.
“Saya percaya PDI Perjuangan mampu mewujudkan organisasi politik yang solid, punya nilai, dan teguh memegang ideologinya untuk membawa Indonesia maju sebagai negara yang kuat,” kata Connie. (Sander)