PADANG, Koranmadura.com – Sistem Resi Gudang (SRG) diyakini dapat memberdayakan petani di Padang, Sumatera Barat (Sumbar). Artinya, komoditas yang dihasilkan mampu memberikan nilai ekonomis dalam bentuk nilai penjaminan yang dapat digunakan untuk memperoleh kredit dari bank dan lembaga keuangan non-bank dengan bunga rendah.
Hal tersebut disampaikan Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga pada Rapat Koordinasi Peningkatan Kapasitas Lembaga Sistem Resi Gudang (SRG) dan Pasar Lelang Komoditas (PLK) di Kota Padang, Sabtu (25/2/2023).
Rapat digelar Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan dan dihadiri Kepala Biro Pengawasan Perdagangan Berjangka Komoditi, SRG, dan PLK Widiastuti.
“Pemerintah mendorong petani, kelompok tani, koperasi, serta dunia usaha kecil dan menengah di Indonesia pada umumnya dan Sumatera Barat pada khususnya memanfaatkan secara maksimal SRG agar dapat meningkatkan produktivitasnya. Inilah yang akan meningkatkan daya saing dalam perekonomian nasional,”ujar Jerry Sambuaga seperti dilansir kemendag.go.id.
Menurut Wamendag Jerry, keberhasilan suatu bangsa dalam membangun sektor komoditas, khususnya pertanian dan perkebunan, ditentukan kemampuan pemerintah dalam menyediakan akses pembiayaan yang efektif. Selain itu, jugaakses yang cepatbagi pelaku produksi dan perdagangan komoditas tersebut.
Wamendag Jerry melanjutkan, dengan SRG, pemilik barang dapat menggunakan komoditasnya sebagai agunan untuk memperoleh pembiayaan tanpa perlu adanya agunan lain. Selain itu, dapat menjadi akses pembiayaan yang dapat digunakan pelaku usaha mulai dari hulu hingga hilir. Pembiayaan yang diberikan tentunya dapat membantu likuiditas pemilik barang, baik untuk memperoleh harga yang lebih baik ataupun meningkatkan skala usahanya. Melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor171 Tahun 2009 tentang Skema Subsidi Resi Gudang (SSRG), pemerintah juga telah menerbitkan program SSRG untuk membantu petani mendapatkan pembiayaan berbunga rendah dengan jaminan resi gudang. Saat ini, melalui PMK Nomor 187 Tahun 2021 tentang SSRG, telah ditingkatkannilai pembiayaan yang semula per debitur hanya mendapatkan maksimal Rp75 juta menjadi Rp500 juta.
Di samping itu, melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53 Tahun 2022 tentang Pelaksanaan SSRG, penerima program SSRG menjadi lebih luas lagi.Tidak hanya terbatas pada petani dan koperasi, namun juga nelayan, petambak garam, pembudidaya ikan, pengolah hasil hutan, sertausaha kecil dan menengah (UKM). Penguatan SRG juga dilakukan pada 2023 melalui penambahan komoditas yang dapat diresigudangkan, penambahan plafon pembiayaan SSRG kepada bank penyalur, serta percepatan beroperasinya Lembaga Pelaksanaan Penjaminan SRG.
Wamendag Jerry menjelaskan, pemerintah berupaya agar SRG terus berkembang untuk dapat dimanfaatkan pelaku usaha. Berjalannya implementasi SRG di suatu daerah dapat dilihat dari adanya beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut yaitu dukungan pemerintah pusat dan daerah serta lembaga SRG yang terlibat; pengelola gudang yang mandiri dan profesional; infrastruktur pendukung; jaringan pemasaran; dan kelembagaan petani/nelayan/peternak di lokasi gudang SRG. Faktor-faktor ini akan membentuk ekosistem yang akan menunjang pelaksanaan SRG dan tentunya akan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat luas.
“Pembentukan ekosistem perdagangan komoditas merupakan pekerjaan rumah bagi kita bersama untuk mendukung pengembangan ekonomi yang bermanfaat bagi masyarakat luas di seluruh penjuru negeri ini. Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan memberikan dukungan dengan mekanisme SRG dan PLK agar sektor hilir perdagangan semakin berkembang dan menguntungkan,” pungkas Wamendag Jerry.
Dalam rakor tersebut, Widiastuti menyampaikan, di Sumatera Barat, terdapat enamgudang SRG.Rinciannya, satugudang di Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Solok, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Payakumbuh,dan duagudang di Kabupaten Lima Puluh Kota. Tigagudang SRG (Kabupaten Solok, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Lima Puluh Kota) telah menerbitkan total delapanresi gudang dengan nilai resi gudang Rp231 juta untuk komoditas gabah, beras, gambir, dan jagung.
Widiastuti juga berharap, pemerintah daerah, baik kabupaten maupun provinsi,dapat bersinergi mengoptimalkan pemanfaatan gudang SRG yang telahdibangun dengan membentuk lembaga SRG,seperti pengelola gudangdan Lembaga Penilai Kesesuaian (uji mutu komoditas).
“Pemerintah daerah, baik kabupaten maupun provinsi, diharapkan terus berkoordinasi untuk mendorong bank daerah Nagari Sumatera Barat untuk menjadi bank penyalur SSRG. Selain itu, pemanfaatan SRG tidak terbatas pada gudang yang telah dibangun Kementerian Perdagangan.Perluasan implementasi SRG juga dapat dilakukan secara masif dengan menggandeng gudang swasta yang ada,”tandas Widiastuti. (Kunjana)