JAKARTA, Koranmadura.com – Ketua DPR RI Puan Maharani mengisi kuliah umum di Universitas Sriwijaya (Unsri), Sumatera Selatan pada Sabtu 4 Maret 2023. Pada kesempatan itu, dia menggelorakan rasa cinta Tanah Air pada civitas akademika Unsri.
Saat tiba di kampus Unsri Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Puan Maharani disambut rektor Dr. Ir. H. Anis Saggaff dan para mahasiswa peserta kuliah umum. Mereka bersorak sorai ketika Puan Maharani memasuki aula Fakultas Ekonomi Unsri yang menjadi lokasi kuliah umum.
Puan Maharani mengaku sangat senang bisa mengisi kuliah umum di Unsri. Dan, memberi kuliah umum di kampus tersebut terasa spesial untuknya karena peletakan batu pertama kampus Unsri dilakukan oleh sang kakek, Presiden pertama Indonesia Sukarno pada 1960.
“Almarhum ayah saya, Bapak Taufiq Kiemas merupakan bagian tidak terpisahkan dari Universitas Sriwijaya. Beliau pernah berkuliah dan beraktivitas di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya,” kenangnya.
Dia meneruskan, “Nama Sriwijaya sejak lama sudah menjadi sumber kebanggaan dan bukti kejayaan bangsa Indonesia di masa lampau. Jadi saya ikut bangga punya darah Sriwijaya sebagai putri almarhum Bapak Taufiq Kiemas.”
Pada kuliah umum bertemakan ‘Cinta Tanah Air dan Sayang Terhadap Sesama Anak Bangsa’ itu, Puan berbicara soal kejayaan Kerajaan Sriwijaya pada masanya. Selain menjadi pusat gravitasi perdagangan, Kerajaan Sriwijaya juga sekaligus menjadi pusat ilmu pengetahuan dan pusat kebudayaan.
“Inilah yang kita inginkan di masa kini dan masa depan, bahwa Indonesia kembali memasuki masa kejayaan, masa kemajuan. Kita ingin Indonesia menjadi pusat gravitasi peradaban dunia, sumber kemajuan global yang disegani, dihormati, dan menjadi rujukan dunia,” sebutnya.
Untuk mencapai tujuan besar itu, kata Puan, diperlukan rasa cinta terhadap tanah air. Selain itu juga rasa sayang terhadap sesama anak bangsa dinilai menjadi sangat penting. “Karena tidak bisa Indonesia berjaya, tidak bisa Indonesia maju ketika manusia-manusianya tidak cinta tanah air, ketika kita semua tidak saling menyayangi,” ungkap Puan.
Lebih lanjut Puan Maharani menegaskan, “Sebab Indonesia adalah bangsa yang sangat beragam manusianya, sukunya, budayanya, bahasanya. Tidak mudah mengelola keberagaman tersebut. Banyak negara di dunia yang kesulitan untuk menerima keberagaman, dan kalau sulit untuk menerimanya maka tentu akan lebih sulit lagi untuk mencintainya.”
Puan Maharani mengingatkan mahasiswa untuk bersyukur karena para founding fathers Indonesia sudah memberikan kunci bagaimana mengelola keberagaman, yaitu dengan Bhinneka Tunggal Ika yang bermakna berbeda-beda tetapi tetap satu.
“Jadi dalam Bhinneka Tunggal Ika ada rasa sayang terhadap sesama anak bangsa. Kita bisa berbeda suku, beda agama, berbeda pandangan, tetapi kita tetap satu Indonesia. Oleh karena itu, kita semua harus selalu saling mengingatkan bahwa di Indonesia kebhinekaan harus menjadi sumber kekuatan, bukan sumber perpecahan,” sambungnya.
Puan Maharani meminta agar semua pihak tidak pernah bosan untuk berbicara tentang kebhinekaan dan persatuan. Sebab, katanya, ketika kebhinekaan yang menjadi sumber kekuatan dalam persatuan bangsa Indonesia terlupakan, maka pada saat itulah tunas perpecahan mulai tumbuh.
“Kalau boleh menggunakan istilah kito, gawe ajur rusak galo, wong betepuk kito ancur. Hal ini jangan sampai terjadi. Sumatera Selatan dengan 17 Kabupaten/Kota pun beragam budaya, bahasa, dan keunikan masing-masing yang harus membuat kito bangga jadi wong Sumatera Selatan,” urai Puan.
Ia meneruskan, “Saya yakin adik-adik ini memiliki kemampuan berpikir yang baik dan cerdas sehingga mampu memilih dan memilah yang baik kita serap, yang kurang baik kita buang.”
Sebagai kaum pemikir, mahasiswa diajak untuk terus kritis terhadap berbagai pemikiran dan budaya dari luar. Termasuk dengan memilah melalui pemikiran dan langkah serta keputusan yang perlu diambil.
“Dengan begitu saya optimis bahwa kalian semua mampu untuk menjadi pemimpin-pemimpin di masa depan yang tetap menjaga jati diri dan ragam budaya Indonesia yang selalu kita banggakan,” kata Puan.
Ia menambahkan, “Adik-adik sekalian adalah penerus bangsa Indonesia, kalian adalah masa depan Indonesia. Karena itu jadikanlah rasa cinta tanah air dan sayang terhadap sesama anak bangsa sebagai dedication of life kalian, pengabdian kalian.” (Sander)