JAKARTA, Koranmadura.com – Hasil survei Lingkar Kajian Strategis dan Pembangunan (LKSP) tentang Konstelasi Politik Jelang Pemilu 2024 menunjukan PDI Perjuangan menjadi partai politik yang meraih popularitas tertinggi.
Partai banteng moncong putih ini meraih 29,6 persen suara, diikuti Partai Golkar (17,0 persen), Partai Gerindra (9,9 persen), Partai keadilan Sejahtera (PKS) dengan 8,4 persen, dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan 8,1 persen.
“Sedangkan Partai Demokrat 6,7 persen, Partai Nasdem 4,1 persen, PPP 3,5 persen, PAN 1,7 persen, Perindo 1,1 persen, PBB 0,4 persen, Partai Hanura 0,3 persen dan PSI 0,2 persen,” jelas Direktur LKSP, Andika Rachman dalam pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta Jumat, 17 Maret 2023.
Pada bagian lain Andika Rachman memaparkan partai-partai baru ternyata tidak dikenal oleh rakyat menjelang Pemilu 2024. Seiring dengan itu, popularitas partai-partai baru ini juga sangat rendah.
Tentang partai-partai pendatang baru ini, dalam surveinya LKSP mengajukan pertanyaan, “Jika pemilu dilaksanakan pada hari ini, partai politik mana yang akan Anda pilih?” kepada responden.
Hasilnya, responden yang memilih Partai Gelora mencapai 0,2 persen dan Partai Buruh 0,1 persen. Sementara yang memilih PKN, Partai Garuda dan Partai Ummat hanya 0 persen.
“Berdasarkan hasil survei ini bisa dilihat bahwa ada beberapa partai baru yang secara popularitas sudah dikenal tetapi masyarakat masih ragu untuk memilihnya,” lanjut Andika.
Menanggapi hasil survei tersebut, Direktur Center for Indonesian Reform (CIR), Hidayaturrahman menyebut partai baru peserta pemilu harus lebih aktif bersosialisasi kepada masyarakat. Hasil survei ini merupakan peringatan (warning) kepada partai-partai baru untuk lebih kreatif mengenalkan partai kepada masyarakat.
Para pimpinan partai baru harus memahami bahwa keberadaan tokoh di partai bukan jaminan popularitas dan elektabilitas partai akan lebih baik. Karena itu perlu didukung oleh strategi sosialisasi yang komprehensif menggunakan berbagai sarana yang dibolehkan menurut undang-undang.
“Dengan kehadiran tokoh sekaliber Pak Amien Rais di Partai Ummat dan Fachri Hamzah di Partai Gelora perolehan suara kedua partai itu masih relatif minim. Bahkan bisa dibilang sangat memprihatinkan. Harusnya kan dengan adanya nama besar tokoh-tokoh itu bisa mendongkrak popularitas dan elektabilitas partai yang didirikannya.
Berdasarkan data ini kita bisa Tarik kesimpulan bahwa popularitas tokoh pada partai tidak bisa langsung dikonversi menjadi popularitas partai, apalagi dikonversi menjadi elektabilitas partai. Untuk mengubahkan perlu ada terobosan dan variabel lain yang perlu dilakukan partai,” terang Hidayat.
Hidayat menambahkan karakter pemilih sekarang lebih rasional sehingga tidak bisa dipengaruhi hanya dengan variabel ketokohan semata. Pemilih umumnya akan memberikan dukungan kepada partai atau tokoh yang mempunyai program yang dibutuhkan. Semakin banyak program yang bisa dirasakan oleh masyarakat maka akan semakin besar partai atau tokoh itu akan mendapat dukungan.
Adapun survei LKSP ini dilakukan terhadap 1.350 responden yang disurvei secara tatap muka. (Sander)