JAKARTA, Koranmadura.com – Industri minyak kelapa sawit Indonesia masih melanjutkan penurunan produksi. Produksi minyak sawit pada bulan Februari 2023 mencapai 3.883 ribu ton masih lebih rendah dibanding Januari 2023 yang sebesar 3.892 ribu ton. Namun angka tersebut tidak sebesar penurunan pada bulan Januari terhadap Desember 2022 (4.300 ribu ton).
Merujuk pada tren produksi sawit di tahun-tahun sebelumnya, hal ini mengindikasikan bahwa penurunan produksi yang sudah berlangsung sejak September 2022 diperkirakan akan segera berakhir.
Demikian Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) yang disampaikan Ketua Umum Eddy Martono dalam acara Buka Bersama Gapki dengan Media di Grand Hyatt, Jakarta, Jumat (14/4/2023). “Selain itu, produksi PKO juga sedikit turun dari 370 ribu ton pada Januari 2023 manjadi 369 ribu ton pada Februari 2023,” tutur Eddy Martono.

Di samping penurunan produksi, total volume ekspor juga mengalami penurunan dari 2.946 ribu ton di bulan Januari 2023 menjadi 2.912 ribu ton di bulan Februari 2023.
“Meskipun demikian, nilai ekspor mengalami kenaikan dari US$ 2.605 juta pada Januari lalu menjadi US$ 2.687 juta pada Februari 2023 ini,” ucap Eddy Martono.
Menurut dia, peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan ekspor pada olahan minyak sawit dari 2.121 ribu ton pada bulan Januari menjadi 2.254 ribu ton pada bulan Februari (harga produk olahan lebih tinggi dari harga bahan baku CPO).
Sedangkan berdasarkan tujuan ekspornya, kenaikan terbesar terjadi untuk tujuan China (+287 ribu ton/+55%), Bangladesh (+115 ribu ton/+289%) dan Mesir (+81 ribu ton/+142%).
Sementara itu, kenaikan ekspor juga terjadi untuk tujuan EU (selain Spanyol dan Italia), Filipina, Myanmar, dan Vietnam meskipun dalam jumlah yang lebih kecil. Sedangkan penurunan ekspor yang besar terjadi untuk tujuan India (-301 ribu ton/-41%) dan Pakistan (-87 ribu ton/-45%). Penurunan juga terjadi untuk tujuan AS, Malaysia, dan Singapura dengan jumlah yang lebih kecil.

Sementara itu, data Gapki juga mencatat total konsumsi dalam negeri pada Februari 2023 sebesar 1.803 ribu ton, lebih tinggi dibanding Januari 2023 sebesar 1.786 ribu ton. Meskipun dalam jumlah yang tidak signifikan, kenaikan ini terutama untuk konsumsi industri pangan, industri oleokimia maupun industri biodiesel.
Saat ini beberapa wilayah di Indonesia sudah mulai memasuki musim kemarau. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Indonesia berpeluang mengalami el Nino kecil yang semakin mengecil sampai memasuki akhir musim kemarau 2023.
“Kondisi tersebut diprediksi tidak akan begitu berpengaruh terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit, sehingga diharapkan produksi sawit dalam negeri akan terus meningkat sepanjang tahun 2023,” kata Eddy Martono.
Meskipun demikian, Indonesia harus siaga akan dampak musim kemarau terhadap adanya potensi kebakaran hutan dan lahan. Oleh sebab itu, Eddy Martono meminta anggota Gapki untuk mempersiapkan sarana, prasarana dan sumber daya untuk menghadapi musim kemarau, termasuk berkolaborasi dengan komunitas masyarakat peduli api (MPA). (Kunjana)