JAKARTA, Koranmadura.com – Sektor perdagangan terbukti mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Kontribusi ekspor barang dan jasa terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia terus meningkat menjadi 24,49% pada 2022.
Demikian disampaikan Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga dalam diskusi publik yang digelar Eurocham di Jakarta, Kamis (6/4/2023). Dialog publik tersebut menyoroti tema ”Fostering Quality Growth and Global Integration”. Turut hadir Menko Perekonomian Airlangga Hartarto; Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei DarussalamVincet Piket; dan Direktur Utama HSBC Indonesia Francois de Maricourt.
“Sektor perdagangan terbukti mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 mencapai 5,3% atau 3,2% lebih tinggi dari rata–rata pertumbuhan ekonomi dunia dan juga lebih tinggi dari beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, Tiongkok, dan Uni Eropa. Inflasi Indonesia pada 2022 juga tetap 5,51% atau relatif berimbang jika dibandingkan dengan sejumlah negara G20 dan ASEAN,”ungkap Jerry Sambuaga, seperti dilansir kemendag.go.id.
Wamendag Jerry menjelaskan, neraca perdagangan Indonesia pada 2022 juga mengalami surplus US$54,53 miliar atau rekor tertinggi dalam sejarah. Surplus tersebut diperoleh dari ekspor yang mencapai US$291,98 miliar dan impor US$237,45 miliar.
Sementara pada Februari 2023, neraca perdagangan Indonesia juga mencatat surplus sebesar US$5,48 miliar. Dalam hal mitra dagang, tiga negara mitra dagang terbesar yang berkontribusi terhadap surplus neraca perdagangan nonmigas pada 2022 adalah Amerika Serikat sebesar US$18,89 miliar, India US$16,16 miliar, dan Filipina US$11,41 miliar.
Sementara berdasarkan komoditas ekspor nonmigas, yang berkontribusi dalam meningkatkan surplus adalah lemak hewan/sayuran sebesar US$34,83 miliar, bahan bakar mineralUS$26,10 miliar, serta besidan baja US$13,89 miliar.
Wamendag Jerry juga menegaskan, Kemedag berkomitmen mendorong kinerja sektor perdagangan Indonesia, salah satunya melalui perjanjian perdagangan internasional. Saat ini, Indonesia sudah memiliki 34 perjanjian perdagangan internasional. Melalui perjanjian ini, pelaku usaha mendapatkan fasilitas jalan tol untuk ekspor ke Uni Emirat Arab, Pakistan, Jepang, Korea, dan negara mitra dagang lainnya.
Pada Januari lalu, Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) mulai berlaku. Selanjutnya, Indonesia-UEA CEPA saat ini sedang dalam proses ratifikasi.
Wamendag Jerry menargetkan IUEA CEPA dapat diberlakukan pada kuartal kedua 2023. “Selain itu, pemerintah sedang melakukan 16 negosiasi perjanjian dan mengeksplorasi 17 negosiasi lainnya dengan negara mitra dan blok perdagangan. Kami berharap pelaku usaha Indonesia dapat memanfaatkan perjanjian dagang ini dan Kementerian Perdagangan selalu ada untuk memfasilitasi,”ucap Wamendag Jerry.
Strategi lain yang mendorong kinerja sektor perdagangan, imbuh Wamendag Jerry, adalah dengan mendiversifikasi destinasi ekspor dan melaksanakan misi perdagangan ke pasar non-tradisional. Afrika, misalnya, memiliki populasi 1,39 miliar, Timur Tengah populasi 255 juta, dan Asia Selatan dengan populasi 1,88 miliar adalah cerminan potensi besar yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Dengan demikian, Kementerian Perdagangan akan melaksanakan misi perdagangan ke negara mitra non-tradisional lainnya di Afrika, Timur Tengah, dan Asia Selatan tahun ini. Hal ini termasuk India, Pakistan, Bangladesh, Mesir, dan Maroko.
“Kami mengeksekusi strategi ini karena misi perdagangan terbukti memberikan hasil nyata. Yang terbaru adalah misi perdagangan ke Arab Saudi yang berhasil menghasilkan delapan transaksi perdagangan dengan nilai transaksi US$155 juta. Kami juga telah berhasil mendorong penandatanganan nota kesepahaman tentang ikan dan produk olahan dalam berbagai paket untuk memenuhi kebutuhan jamaah haji dan umrah,”ungkap Wamendag Jerry.
Dalam kesempatan tersebut, Wamendag Jerry juga menerangkan, Indonesia kembali akan memegang tongkat kepemimpinan ASEAN setelah sukses menyelenggarakan G20 pada 2022. Kementerian Perdagangan bertekad memanfaatkan momentum ini untuk mendorong kepentingan Indonesia, terutama dalam meningkatkan kinerja perdagangan. Dengan mengusung tema “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”, ASEAN semakin relevan dan penting dalam mengatasi dinamika geopolitik, dengan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan regional dan dunia yang mendukung ekonomiregional yang semakin tangguh. Di ASEAN Chairmanship 2023, Indonesia fokus pada tujuh capaian (Priority Economic Deliverables/PED) di bawah pengawasan Menteri Ekonomi ASEAN (AEM).
Selain itu, Kementerian Perdagangan juga akan melaksanakan empat agenda tambahan (side events) selama kepemimpinan ASEAN yang rencananya akan dilaksanakan di sela-sela rapat tingkat menteri.
“Keempat kegiatan tersebut adalah peluncuran fisik Hari Penjualan Online ASEAN (AOSD); pelaksanaan seremonial penuh RCEP; peluncuran ASEAN Tariff Finder; penyelesaianstudi Digital Economy Framework Agreement (DEFA) Studi dan peluncuran negosiasi. Diharapkan keketuaan Indonesia di ASEAN Chairmanship 2023 semakin mendorong ASEAN,khususnya Indonesia,menjadi pusatpertumbuhan kawasan dan dunia,”pungkas Wamendag Jerry. (Kunjana)