JAKARTA, Koranmadura.com – Capres dari PDI Perjuangan Ganjar Pranowo mendapat sentimen positif dari membaiknya kondisi ekonomi Indonesia. Sebaliknya, kondisi tersebut mengirim sentimen negatif dan netral kepada dua pesaingnnya yaitu Anies Baswedan dan Prabowo Subianto.
Studi yang dilakukan pendiri Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Saiful Mujani memperlihatkan, persepsi positif atas keadaan ekonomi memiliki pengaruh positif pada elektabilitas Ganjar Pranowo.
Hasil studi itu dipaparkan Saiful Mujani dalam siaran bertajuk ‘Bedah Politik bersama Saiful Mujani Episode “Persepsi Ekonomi dan Pilihan Capres 2024” di kanal YouTube SMRC TV pada Kamis, 4 Mei 2023.
Salah satu alasannya adalah bahwa Ganjar Pranowo diyakini lebih dekat dengan Presiden Jokowi dan akan melanjutkan program-program Presiden Jokowi dalam lima tahun ke depan.
“Karena Jokowi tidak maju lagi, maka tokoh yang kurang lebih sama atau mendekati Jokowi dalam kepemimpinan Indonesia ke depan, maka dialah yang kemungkinan akan dipilih oleh warga yang memiliki penilaian positif dalam hal kondisi ekonomi ini,” kata pendiri SMRC tersebut.
Saiful juga menunjukkan tren persepsi publik atas kondisi ekonomi nasional. Pada Oktober 2020, ada 45,3 persen publik yang menilai kondisi ekonomi nasional buruk atau sangat buruk, sementara yang menilai baik atau sangat baik saat itu hanya 19,6 persen.
Kondisi ini perlahan-lahan berubah searah dengan perbaikan kondisi ekonomi Indonesia. Pada Maret 2023, yang mempersepsi baik atau sangat baik naik menjadi 33,6 persen, sementara yang menganggap buruk atau sangat buruk turun menjadi 25,4 persen.
“Penilaian masyarakat secara individual ini mencerminkan gambaran sebenarnya dari kondisi ekonomi nasional yang memang membaik setidak-tidaknya dalam setahun terakhir ini,” jelasnya.
Dalam penilaian tentang ekonomi rumah tangga sekarang dibanding tahun lalu, sebanyak 45,7 persen yang menilai baik atau sangat baik, sementara yang menilai buruk atau sangat buruk hanya 19 persen, 33,5 persen menyatakan tidak ada perubahan, dan 1,7 persen tidak jawab.
Penilaian atas kondisi ekonomi nasional sekarang dibanding tahun lalu juga tidak berbeda dengan indikator sebelumnya. Yang menilai baik atau sangat baik sebanyak 44,2 persen. Sementara yang menganggap buruk atau sangat buruk hanya 20,7 persen, tidak ada perubahan 29,9 persen, dan tidak jawab 5,2 persen.
Dalam proyeksi keadaan ekonomi setahun ke depan, umumnya warga optimistis. Ada 69,2 persen warga yang menyatakan kondisi ekonomi rumah tangganya akan lebih baik atau jauh lebih baik setahun ke depan. Yang menyatakan akan lebih buruk atau jauh lebih buruk hanya 6,8 persen, tidak akan ada perubahan 16,9 persen, dan tidak jawab 7,1 persen.
Optimisme warga juga terlihat dalam proyeksi keadaan ekonomi nasional setahun ke depan. 64,9 persen menilai keadaan ekonomi nasional setahun ke depan akan lebih baik atau jauh lebih baik dibanding sekarang. Yang menyatakan akan lebih buruk atau jauh lebih buruk hanya 6,6 persen. Yang menyatakan tidak akan ada perubahan sebanyak 18,8 persen dan tidak jawab 9,7 persen.
Saiful menjelaskan bahwa data ini memberi informasi bahwa masyarakat Indonesia cenderung memiliki sentimen positif dalam melihat kondisi ekonomi sekarang sampai setidaknya tahun 2024. Ini akan memberikan insentif pada Jokowi jika dia maju lagi sebagai presiden.
Namun karena Jokowi tidak maju lagi sebagai presiden, maka yang akan mendapatkan insentif elektoral itu adalah yang dianggap mendekati atau melanjutkan kepemimpinan dan kebijakan-kebijakan publik Jokowi.
Dalam skala 1 sampai 5, rata-rata indeks kondisi ekonomi Indonesia (gabungan semua indikator di atas) sekarang adalah 3,4. Saiful menjelaskan bahwa ini menunjukkan secara umum persepsi publik atas kondisi ekonomi masuk kategori cukup baik atau positif.
Keadaan ini, menurut Saiful, akan menguntungkan incumbent atau pihak-pihak yang akan memiliki kebijakan yang sama dengan pemerintah sekarang.
Studi ini menunjukkan bahwa persepsi ekonomi yang positif memiliki hubungan yang kuat dan signifikan dengan pilihan pada Ganjar Pranowo dan memiliki hubungan negatif dengan Anies Baswedan.
“Orang yang merasakan kondisi ekonomi di Indonesia positif, cenderung akan memilih Ganjar. Sebaliknya, orang yang menyatakan kondisi ekonomi di Indonesia kurang positif, cenderung akan memilih Anies,” jelas Saiful.
Sementara pada Prabowo, lanjut Saiful, persepsi atas kondisi ekonomi ini tidak memiliki pengaruh. “Prabowo tidak akan mendapatkan keuantungan atau kerugian (secara elektoral) dari kondisi ekonomi kita,” ujarnya. (Sander)