JAKARTA, Koranmadura.com – Mantan pendamping Presiden Jokowi periode 2014-2019, Jusuf Kalla menyarankan Presiden Jokowi untuk tidak terlalu jauh mengurusi politik terutama Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024. Dia juga meminta Presiden Jokowi untuk menjadikan Istana hanya untuk membahas kepentingan pembangunan.
Hal itu diungkapkan Jusuf Kalla setelah menerima Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar di kediamannya, di Jalan Brawijaya No 6 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu 6 Mei 2023 sebagaimana disampaikan dalam rilis yang diterima Minggu 7 Mei 2023.
Menurut JK, ketidakhadiran Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh pada pertemuan para ketua umum partai pendukung pemerintah di Istana mencerminkan bahwa pertemuan tersebut tidak membahas program pembangunan bangsa, tetapi hanya mengutak atik Pilpres 2024.
Sebab, bila Presiden Jokowi dan para pimpinan partai itu membahas pembangunan, Surya Paloh seharusnya diundang, sebagai salah satu partai yang masih berada dalam barisan partai pendukung pemerintah.
“Kalau pertemuan membicarakan, karena ini di Istana membicarakan tentang urusan pembangunan apa itu wajar saja, tapi kalau bicara pembangunan saja mestinya Nasdem diundang. Berarti ada pembicaraan politik,” kata Jusuf Kalla.
Pada bagian lain, Jusuf Kalla menyarankan Jokowi untuk meniru pendahulunya Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono. Megawati tidak mencampuri urusan Pilpres 2004, sedangkan SBY tidak mengurusi Pilpres 2014.
“Menurut saya, Presiden seharusnya seperti Ibu Mega, SBY, itu akan berakhir maka tidak terlalu jauh melibatkan diri dalam suka atau tidak suka dalam perpolitikan. Supaya lebih demokratis lah,” tegas JK, sapaannya. (Sander)