Oleh: Miqdad Husein
Sebelum Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengumumkan calon presiden (Capres), banyak berkembang spekulasi liar tentang sosok yang akan dicalonkan. Salah satu yang paling seksi tentang prediksi kemungkinan besar Ibu Megawati akan mendorong putri kesayangannya, Puan Maharani.
Puan Maharani, yang akrab dipanggil Mbak PM, saat ini duduk sebagai Ketua DPR RI. Jabatan sebelumnya, PM pernah menjadi Menko pada kabinet periode pertama Presiden Jokowi. Jam terbang sebagai politisi tak perlu diragukan. Ia, merupakan salah satu Ketua DPP PDI Perjuangan dengan peran strategis.
Sebagai Ketua DPP PDI Perjuangan, PM jelas bukan sekedar pajangan politik. Kiprah dia sebagai politisi dibuktikan ketika mengantarkan Jokowi ke posisi sekarang sebagai orang pertama di negeri ini. Ketika Pilkada Jawa Tengah, yang mengantarkan Ganjar Pranowo sebagai Gubernur, panglima pemenangan adalah PM.
Tak ada yang meragukan kapasitas PM. Termasuk di era kekinian sebagai Ketua DPR pun, tergolong sukses dengan produk-produk hukum baik kuantitatif maupun kualitatif. Kemampuan menjaga ritme DPR sebagai lembaga politik, sangat mengesankan. Jauh dari kegaduhan. PM adalah paket komplit.
Kelengkapan PM makin sempurna karena ikatan genetis sebagai putri dari Ibu Megawati. Sudah pasti, dengan rekam jejak seabrek, pemikiran bahwa PM yang akan didorong PDI Perjuangan sebagai Calon Presiden memiliki dasar rasional.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, yang namanya menghiasi posisi tertinggi berbagai survey, sebelumnya diprediksi akan tersisih. Apalagi berbagai retorika normatif sering pula disuarakan Ibu Megawati agar tak ada kader PDI Perjuangan mendahului keputusannya, tentang siapa yang akan dicalonkan sebagai Presiden. Penentuan nama Calon Presiden dari PDI Perjuangan adalah hak prerogatif Ketua Umum, yang telah diamanatkan Konggres. Tak bisa diganggu gugat.
Pikiran sederhana diprediksi Ibu Megawati akan mencalonkan PM, sang putri kesayangannya sebagai Calon Presiden. Ikatan genetis ditambah seabrek prestasi mentereng PM, makin menguatkan spekulasi itu. Seorang ibu tentu akan membela mati-matian sang anak.
Sempat terjadi dag dig dug di tengah masyarakat ketika beredar informasi Ibu Megawati akan mengumumkan Calon Presiden dari PDI Perjuangan, pada tanggal 21 April. Pilihan mengerucut antara PM dan Ganjar Pranowo. Lagi-lagi PM oleh sebagian masyarakat dijagokan dengan dasar berbagai rekam jejak dan prestasinya. Dan masyarakat Indonesia pun akhirnya mengetahui PDI Perjuangan mengusung Ganjar Pranowo sebagai Calon Presiden pada kontestasi Pilpres 2024.
Sebuah pameran kepemimpinan dan jiwa negarawan luar biasa dari Ibu Megawati terpampang kasat mata. Ketajaman intuisi politik dan kearifan serta kecerdasan kepemimpinannya sejatinya terlihat jelas. Sebagai pemimpin Ibu Megawati tidak larut dalam emosi keterikatan genetis dengan sang putri.
Ia tetap kokoh dan tegas sebagai seorang pemimpin nasional, yang tidak menempatkan anak, keluarga sebagai dasar pertimbangan utama pengambilan keputusan terkait kepentingan negara. Bandingkan misalnya, dengan sikap Susilo Bambang Yudhoyono, yang terus memaksakan putranya. Bahkan, jajaran elit Partai Demokrat pada posisi kunci praktis dipegang diri dan keluarganya. Mirip kerajaan.
Jauh berbeda dengan pemikiran dan sikap kepemimpinan Megawati, yang mampu memisahkan ikatan genetis dan emosional keluarganya. Ia tahu tentang kapasitas sang Putri, yang mumpuni disertai rekam jejak panjang luar biasa. Tapi, Megawati tetap rasional sebagai seorang pemimpin dengan mempertimbangkan kemaslahatan bagi negeri ini.
Megawati bukan meragukan kapasitas Sang Putri, tetapi melihat secara cermat, rasional atas dasar pertimbangan the right man in the right place; menempatkan seseorang pada posisi yang tepat. Megawati mencermati jejak Sang Putri, yang luar biasa sebagai Ketua DPR, akan jauh lebih memberikan manfaat pada negeri ini, jika tetap berkiprah di lembaga legislatif. Karena pada posisi sebagai Ketua DPR lah PM justru memperlihatkan kemampuan dan kiprah optimal luar biasa pada negeri ini.
Sekali lagi bangsa Indonesia menyaksikan kepemimpinan hebat dari sosok Megawati; yang mampu menempatkan segala sesuatu pada proporsinya, bukan atas dasar emosional mengedepankan kepentingan ikatan genetis atau hubungan keluarga. Momentum peringatan Hari Kartini, tanggal 21 April untuk mengumumkan Calon Presiden dari PDI Perjuangan, Megawati seakan ingin menegaskan keberhasilan perjuangan Kartini. Masihkah ragu kepemimpinan Megawati, yang dalam keseharian tetaplah seorang nenek dari cucu-cucunya, yang kadang celotehnya bikin gregetan namun ketika tampil sebagai seorang pemimpin sangat-sangat luar biasa.***