JAKARTA, Koranmadura.com – Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI HM Said Abdullah menilai, pesta demokrasi lima tahunan Pemilu 2024 akan menumbuhkan sektor riil dan mendorong meningkatnya konsumsi masyarakat.
Hal ini dengan sendirinya akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi lebih tinggi pada tahun depan. Bahkan, politisi senior PDI Perjuangan ini memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2024 mencapai 5,4 sampai 5,5 persen.
“Saya kira ini cukup realistis, tetapi tetap harus disertai best effort. Saya sendiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2024 dalam rentang yang diusulkan pemerintah, yakni pada kisaran 5,4-5,5 persen,” kata Said Abdullah di Jakarta, Sabtu 20 Mei 2023.
Optimisme itu disampaikan Said menyusul ketangguhan ekonomi Indonesia ketika ekonomi global mengalami ketidakstabilan. Bahkan dibanding negara lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 ini diprediksi tertinggi yaitu diperkirakan mencapai 5,1 sampai 5,3 persen.
Itu terlihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2023 yang mencapai 5,03 persen. Ini jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (1,6 persen), China (4,5 persen), Uni Eropa (1,3 persen), India (4,1 persen), dan Jepang (1,3 persen).
“Melihat keseluruhan indikator ekonomi nasional yang menunjukkan angka positif, saya yakin pelaksanaan pemilu 2024, yang sebagian besar tahapannya dilakukan pada tahun 2023 justru pemilu akan memberikan insentif pada sektor riil. Pemilu akan mendorong konsumsi oleh semua kontestan, baik kontestan pilpres, maupun pileg,” ujar Said.
Pelaksana tugas Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur itu melanjutkan, “Melihat tren laju inflasi yang turun, saya perkirakan inflasi pada tahun ini mencapai 4 persenan, dengan mempertimbangkan tingkat konsumsi sektor riil yang naik karena perhelatan pemilu tahun depan. Sehingga masuk akal jika perhitungan inflasi pada tahun depan di kisaran 3 persen.”
Sementara terkait nilai tukar rupiah, Said Abdullah optimistis kurs rupiah pada tahun depan bisa bertahan dalam rentang Rp 14.600 sampai Rp 14.900/dolar Amerika Serikat. Pasalnya ada kecenderungan rupiah terus perkasa terhadap dolar Amerika Serikat.
Sementara terkait Surat Berharga Negara (SBN) sebagai tulang punggung pembiayaan, Said memperkirakan akan diminati oleh investor dalam dan luar negeri. Pasalnya, credit rating Indonesia yang dibuat oleh lembaga pemeringkat seperti Fitch, S&P, Moody’s masuk kategori stable.
“Saya perkirakan SBN 10 tahun pada tahun depan akan menguat di level 6,5-6,9 persen, dibanding tahun lalu rata rata diatas 7 persen,” imbuhnya.
Dia meneruskan, “Masa booming harga minyak tampaknya telah lewat, tren 1 kuartal di tahun ini harga minyak justru kian melandai, turun di level 75-80 an USD/barrel, usulan pemerintah dengan mengajukan asumsi harga minyak di tahun depan pada level 85 USD/barel sangat realistis.” (Sander)