Oleh: MH. Said Abdullah
Calon Presiden dari PDI Perjuangan Ganjar Pranowo mendapat kesempatan melaksanakan ibadah haji tahun ini melalui undangan Raja Salman. Paska dan disela-sela peribadatan haji, Ganjar Pranowo bersilaturrahmi dengan berbagai ulama terkemuka Arab Saudi dan dari berbagai negara lainya.
Ganjar tampak sekali menggunakan kesempatan melaksanakan ibadah haji sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Berbagai aktivitas ritual ubudiyah, termasuk pula muamalah diupayakan seoptimal mungkin menghindari berbagai pernik-pernik duniawi, termasuk nuansa politik. Selama pelaksanaan haji sepenuhnya hanya beribadah mengharap keridlaan Allah SWT.
Konsentrasi aktivitas peribadatan itu tercermin antara lain dari sikap Ganjar yang menghindari perilaku mengarah pada personal expose. Aktivitas peribadatan sama sekali diupayakan jauh dari embel-embel sejenis posting di berbagai media sosial.
Dengan kekhusukan beribadah itu, Ganjar menghindari berbagai hiruk pikuk duniawi, termasuk gegap gempita politik. Tidak mengherankan jika praktis aktivitas haji Ganjar sepi dari postingan media sosial, termasuk pula pemberitaan. Setiap ada awak media yang meminta berbagai komentar selalu mempersilahkan rombongan lain, termasuk penulis sendiri.
Sempat saya beberapa kali mempersilahkan Ganjar melayani awak media. Namun, selalu dengan halus mempersilahkan anggota rombongan lainnya.
Ketika berbincang santai, sempat Ganjar menjelaskan bahwa dirinya sengaja sepenuhnya konsentrasi pada peribadatan dan menghindari berbagai aktivitas pemberitaan terutama media sosial. Pertama, katanya, ingin menggunakan kesempatan ibadah haji sebagai upaya penguatan dan pencerahan spiritual.
“Amanah yang dibebankan kepada saya, sangat berat dan penuh godaan. Kepercayaan partai untuk mengabdi pada negara memerlukan kesiapan mental spiritual luar biasa. Ibadah haji ini kesempatan emas yang harus dimaksimalkan untuk memperkuat jati diri, berpasrah kepada Allah,” katanya.
Secara panjang lebar Ganjar kemudian memaparkan pilihan sikapnya selama melaksanakan ibadah haji menghindari berbagai aktivitas media sosial dan media pemberitaan demi pembelajaran diri. Peribadatan seharusnya bersih dari pernik-pernik politik. “Saya tak mau beribadah kepada Allah dilihat sebagai upaya meraih dukungan politik. Saya tak ingin pamer ibadah pada masyarakat untuk kampanye politik,” jelasnya.
Sebagai kader PDI Perjuangan, Ganjar konsisten untuk tidak melakukan politisasi agama, karena menurutnya dapat menciptakan keterbelahan di tengah masyarakat. Politisasi agama, dalam pandangannya, belajar dari berbagai konflik di berbagai negara, bukan hanya menimbulkan pertentangan antar umat berbeda agama.
“Antar umat beragama pun ketika agama dijadikan amunisi politik, dapat memicu konflik di internal umat beragama, antar umat seagama bisa bersitegang,” paparnya.
Peribadatan haji memang seharusnya secara substansi semaksimal mungkin diupayakan sebagai peningkatan kualitas diri secara spiritual maupun kematangan pemahaman berbahagia sosial melalui berbagai interaksi dan informasi dari jamaah haji manca negara. Melalui peribadatan haji, setelah kembali ke tanah air, diharapkan dapat meningkatkan pengabdian setelah mendapat pembekalan spiritual dan perspektif sosial dari keseluruhan aktivitas ibadah haji.
Ganjar Pranowo, sebagai kader PDI Perjuangan, sesuai firman Allah dalam surat Al hajj 28 ” liyas hadu manafi’a lahum, mengambil hikmah dan pembelajaran melalui keseluruhan proses ibadah haji untuk bekal pengabdian pada rakyat, bangsa dan negara Indonesia tercinta.***