SUMENEP, koranmadura.com – Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, kembali mengalami deflasi pada bulan Juli tahun ini. Data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa deflasi mencapai 0,08 persen pada periode tersebut.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sumenep, Ribut Hadi Candra, menjelaskan bahwa beberapa komoditas menjadi penyebab dominan dari deflasi pada bulan Juli ini.
“Komoditas seperti tomat dan bawang merah masing-masing memberikan kontribusi deflasi sebesar 0,11 persen, sementara cabai rawit menyumbang 0,07 persen,” ungkapnya.
Kemudian, sambungnya, ketimun sebesar 0,05 persen; bayam, kangkung, tongkol diawetkan masing-masing sebesar 0,04 persen; dan sawi hijau sebesar 0,03 persen.
“Komoditas lain seperti beras dan emas perhiasan juga memberikan andil dalam deflasi, meskipun dalam tingkat yang lebih kecil, yaitu sebesar 0,02 persen,” tambahnya.
Sedangkan untuk angka inflasi tahun kalender, menurut Candra Kabupaten Sumenep sebesar 1,90 persen, lebih tinggi dibandingkan Jatim dan nasional yang mencatatkan angka masing-masing sebesar 1,60 persen dan 1,45 persen.
“Perhitungan angka inflasi tahunan (year on year) di 8 (delapan) kota IHK di Jawa Timur selama Juli 2023, semua kota IHK mengalami inflasi. Kota yang mengalami inflasi tahunan tertinggi yaitu Kota Surabaya sebesar 4,46 persen, serta inflasi tahunan terendah terjadi di Kota Madiun sebesar 2,71 persen,” tutupnya.
Untuk diketahui, deflasi terjadi ketika harga-harga barang dan jasa secara keseluruhan mengalami penurunan selama periode tertentu. Hasil penurunan harga tersebut tentu memberikan efek positif bagi masyarakat, karena daya beli meningkat dan biaya hidup menjadi lebih terjangkau. FATHOL ALIF