JAKARTA, Koranmadura.com – INDEF menilai proyeksi pertumbuhan ekonomi 2024 yang dipatok Pemerintah sebesar 5,2% cukup konservatif mengingat pertumbuhan ekonomi pada APBN 2023 diasumsikan sebesar 5,3%.
Menurut Ekonom INDEF Abra Talattov, masih ada ruang peningkatan target pertumbuhan utamanya dalam jangka menengah ini untuk memperkuat fondasi menuju Indonesia Maju 2045.
“Ini masih ada ruang-ruang untuk bisa menembus pertumbuhan ekonomi di atas 5,2%. Dengan syarat adanya kesamaan pandangan dan juga komitmen. Bukan hanya dari otoritas fiskal, tapi juga didukung oleh otoritas lain misalnya moneter dan juga di sektor keuangan,” ujar Abra, seperti dilansir kemenkeu.go.id.
Kestabilan fundamental ekonomi domestik juga didukung oleh tingkat inflasi yang semakin terkendali di level yang relatif rendah. Pemerintah akan terus mengoptimalkan peran APBN sebagai shock absorber untuk melindungi daya beli masyarakat. Sehingga laju inflasi di 2024 dapat terkendali dalam rentang sasaran target 2,8%.
Menanggapi target tersebut, Abra menyampaikan pemerintah perlu mempertimbangkan risiko iklim khususnya fenomena El-Nino yang bisa berdampak kepada produktivitas sektor pertanian dan selanjutnya dapat mengakibatkan inflasi pangan.
Di sisi lain, Abra melihat pemerintah tetap berfokus dalam memitigasi risiko inflasi dan dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut nampak dari besaran alokasi anggaran perlindungan sosial 2024 yang naik 12,4% menjadi Rp493,5 triliun, tertinggi sejak tahun 2021.
“Selain dari kuantitas, tentu yang perlu menjadi catatan adalah kualitas. Artinya, dalam hal distribusi penyaluran, agenda untuk mempertajam subsidi yang tepat sasaran melalui anggaran perlindungan sosial ini juga perlu menjadi fokus pemerintah di tahun mendatang,” tuturnya.
Abra menekankan, yang juga menjadi catatan penting dari asumsi makro RAPBN 2024 adalah asumsi nilai tukar yang diproyeksi bergerak di kisaran Rp15.000 per Dolar AS. Prediksi tersebut relevan dengan perkembangan rata-rata nilai tukar hingga saat ini. (Kunjana)