JAKARTA, Koranmadura.com – Petani asal Kabupaten Badung, Bali, I Gede Artana memamerkan traktor ber tenaga surya atau sinar matahari di Pameran Pangan Plus di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu 30 September 2023.
Pameran ini digelar bersamaan dengan dan menjadi bagian dari Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV PDI Perjuangan.
“Kami membuat inovasi traktor memakai tenaga surya. Dia menggunakan baterai 12 vol sebanyak 6 buah. Jadi traktor ini mempunyai 4 fungsi,” kata Artana.
Artana menjelaskan, traktor berkelir merah khas PDI Perjuangan tersebut memiliki empat fungsi.
Pertama, dapat digunakan sebagai alat penyiang gulma sehingga mempermudah proses menggarap sawah.
“Kedua, sebagai alat semprot. Alat semprotnya terdiri dari dua nozzle terdiri dari kiri dan kanan. Jadi sangat efektif digunakan pada tanaman palawija,” jelasnya.
Ketiga, kata Artana, traktor itu dapat bertungsi menggempurkan tanah di sekitar tanaman jagung.
“Dihancurkan dari rodanya terus dipilah kekiri dan kekanan. Jadi dia menimbun bonggol-bonggol jagung,” ucapnya.
Keempat, lanjut dia, digunakan sebagai traktor singkal untuk membajak sawah. Dia menyebut kehadiran traktor tenaga surya merupakan inovasi tepat guna yang dibutuhkan petani.
“Jadi traktor ini mempunyai 4 fungsi. Biasanya traktor cuma 1 fungsi. Kebetulan kami buat 4 fungsi dalam 1 unitnya. Ini inovasi dalam bidang pertanian. Teknologi tepat guna juga sesuai dengan kebutuhan petani,” tutur Artana.
Artana menyampaikan kehadiran traktor yang diberi nama APEM atau Alat Pertanian Elektrik Multifungsi dapat menjadi solusi di tengah mahalnya harga bahan bakar untuk traktor konvensional.
“Power atau kekuatannya bisa disesuaikan dengan kebutuhan petani masing-masing. Kalo tanahnya keras mungkin kita pakai motor yang lebih kenceng lagi,” ujar Artana.
Dia menyebut traktor tenaga surya itu telah terbukti efektif membantu petani. Traktor tersebut juga ramah lingkungan dan hemat dari segi ekonomis.
“Semenjak ada alat ini sangat efektif. Kadang kendala petani itu terlalu banyak alat. Kalo nyemprot harus ambil alat semprot. Kalo mau menyiang gulma harus pake manual atau pake mesin atau pake pupuk kimia,” kata Artana.
“Jadi, alat ini sangat efektif, ramah lingkungan, mengurangi tenaga, menghemat biaya dengan menggunakan satu alat kita bisa banyak fungsi,” imbuhnya.
Tak hanya hemat biaya dan ramah lingkungan, lanjut Artana, traktor tersebut juga mampu mengurangi tenaga fisik yang dikeluarkan petani. Pasalnya, petani bisa mengerjakan empat pekerjaan hanya dengan satu alat.
“Kalau petani yang dibutuhkan tenaga fisik. Belum lagi ambil alat semprot, belum lagi ambil traktor, belum lagi solar abis. Jadi kalau satu alat tinggal pake aja, kebutuhannya apa itu yang dipasang,” bebernya.
Lebih lanjut Artana mengaku sedang mendaftarkan hak paten inovasi traktor tenaga surya ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (DJHKI) Kementerian Hukum dan Ham (Kemenkumham).
Dia berharap ada investor yang mau membiayai agar traktor seharga Rp 7 juta tersebut dapat diproduksi secara massal dan digunakan oleh banyak petani di Indonesia.
“Harapan kami ada investor yang masuk untuk bekerjasama dengan kami,” pungkasnya. (Sander)