JAKARTA, Koranmadura.com – Kasus korupsi yang menjerat Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo sekarang bergerak liar ke arah konflik pribadi antara Syahrul Yasin Limpo melawan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri.
Konflik itu mulai terbuka ke publik setelah Syahrul Yasin Limpo dipanggil untuk ketiga kalinya oleh penyidik Polda Metro Jaya pada Kamis 5 Oktober 2023.
Dia diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi dalam bentuk pemerasan yang dilakukan pimpinan KPK.
Berita ini tentu saja menghentak publik dan KPK itu sendiri. Karena itu, Ketua KPK Firli Bahuri langsung menggelar jumpa pers pada hari yang sama. Dia didampingi Juru Bicara KPK Ali Fikri.
Dalam jumpa pers, Firli Bahuri membantah dirinya memeras senilai 1 miliar dolar Amerika Serikat.
Menurut dia angka itu mustahil karena membawanya saja sangat sulit. Lagian, siapa yang bisa menyerahkan uang sebanyak itu kepadanya.
Karena itu, menurut Firli, tuduhan bahwa dia memeras Syahrul Yasin Limpo sangat tidak benar. KPK, kata dia, bekerja berdasarkan undang-undang yang berlaku, termasuk dalam mengusut kasus korupsi di Kementerian Pertanian.
Kemudian pada Jumat 6 Oktober 2023, beredar di berbagai grup Whatts App foto Firli Bahuri yang sedang mengenakan pakaian olahraga, setelan kaus berkerah warna biru putih dipadu celana pendek biru, plus sepatu sedang berbincang dengan Shayrul Yasin Limpo.
Dalam foto itu, Syahrul Yasin Limpo mengenakan kemeja kotak-kotak putih hitam lengan pendek yang sedikit di lipat pada lengannya dan celana jeans biru.
Keduanya duduk di sebuah bangku panjang dalam sebuah ruangan, seperti sebuah gelanggang olahraga (GOR).
Di antara mereka ada sebuah semacam tupperware berisi jagung rebus dengan dua gelas, yang tidak terlihat isinya apa. Kemungkinan kopi.
Dalam jumpa pers Kamis 5 Oktober 2023, Firli Bahuri juga menyebut bahwa dirinya memiliki kebiasaan main bulutangkis dua kali seminggu untuk menjaga kebugaran tubuh.
Namun, lapangan tempat dia bermain bulutangkis itu, sangat terbuka, dan siapa pun bisa datang ke sana.
Ada pun isu pemerasan oleh pimpinan KPK ini sebenarnya berhembus sejak 12 Agustus lalu, tetapi baru mengemuka ke publik setelah rumah dinas dan dua rumah pribadi Syahrul Yasin Limpo di Makassar digeledah penyidik KPK.
Dari rumah dinasnya di Jalan Widya Chandra, Jakarta Selatan, penyidik KPK menemukan uang tunai senilai Rp 30 miliar dan 12 pucuk senjata api.
Sementara dari salah satu rumah pribadinya di Makassar, penyidik mengangkut sebuah sedan mewah Audi.
Tentu saja publik berharap, munculnya konflik pribadi antara Syahrul Yasin Limpo versus Firli Bahuri tidak mengaburkan pemberantasan korupsi di Kementerian Pertanian. Siapa pun yang bersalah dan mencuri uang rakyat di kementerian itu harus ditindak tegas.
Pada saat bersamaan, dugaan pemerasan oleh pimpinan KPK terhadap Syahrul Yasin Limpo ini juga tetap harus berjalan. Bila terbukti bersalah, pelakunya juga harus diberi hukuman yang setimpal.
Yang perlu diawasi publik adalah jangan sampai kedua kasus ini dipatieskan di tengah jalan sebagai dagang sapi. Artinya, Syahrul Yasin Limpo mengunci Firli Bahuri dengan kasus pemerasan ini, sehingga pengusutan korupsi di Kementerian Pertanian mandek.
Apalagi hingga saat ini, KPK belum mengumumkan secara terbuka tentang status Syahrul Yasin Limpo sebagai tersangka. Hanya sejumlah berita media yang menyebutkan Syahrul Yasin Limpo sudah ditetapkan sebagai tersangka.
Bahkan, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD pun hanya mendengar bisik-bisik bahwa politisi Partai Nasdem itu sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.
Bila itu yang terjadi, maka yang rugi tentu saja rakyat. Sementara para pelaku korupsi tetap melenggang bebas dan tidak tersentuh hukum. Karena itu, Presiden Jokowi harus menaruh perhatian serius terhadap perkembangan kasus ini, baik yang melibatkan Syahrul Yasin Limpo maupun Firli Bahuri. (Sander)