PAMEKASAN, koranmadura.com – Bukan hanya harga beras yang mahal. Harga bibit padi berbagai jenis di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, juga naik. Kenaikan tidak hanya terjadi pada bibit padi hibrida, namun juga pada bibit padi lokal.
Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Pangurayan, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan, Mohammad Thaha, mengatakan kenaikan harga sudah terjadi sejak musim tanam yang lalu, dan menjelang musim tanam tahun ini harganya kembali naik.
Harga bibit padi non hibrida merek Ciherang yang sebelumnya Rp. 100 ribu per 5 kilogram menjadi Rp. 115 ribu. Bibit merek Legowo dari Rp. 95 per 10 kilogram menjadi Rp. 110 ribu, Inpari 47 dari Rp. 50 ribu perkilogram menjadi Rp. 65 ribu.
Sementara bibit padi hibrida, merek Sembada 686 dari harga Rp. 140 ribu perkilogram pada musim tanam tahun lalu, saat ini naik menjadi Rp. 175 ribu perkilogram. Sementraa merek Mapan 05 dari Rp. 165 perkilogram naik menjadi Rp. 180 ribu.
“Ada kenaikan harga sejak beberapa pekan terakhir. Mungkin karena mulai banyaknya permintaan menjelang musim tanam,” kata Mohammad Thaha, Senin, 9 Oktober 2023.
Areal pertanian di Kabupaten Pamekasan yang sebagian besar merupakan areal tadah hujan, kata dia, menyebabkan para petani sudah menyiapkan bibit padi jauh sebelum tiba musim hujan. Hal itu untuk mengantisipasi kosongnya persediaan bibit di kios-kios pertanian.
“Biasanya, petani baru aka memulai proses penyiapan lahan setelah tiga kali hujan atau air hujan meresap ke tanah. Tapi penyiapan bibit sudah dilakukan sejak sebelum tiba waktu musim hujan,” katanya.
Ia menjelaskan, biasanya para petani akan memulai dengan menanam padi non hibrida terlebih dahulu karena kondisi tanah belum cocok untuk padi hibrida. Baru pada masa tanam kedua, sebagian dari mereka akan mulai menanam padi hibrida. (MUJ/ROS)