BANDAR SERI BEGAWAN, Koranmadura.com – Guna membahas tindak lanjut kerja sama BIMP-EAGA – RRT yang tertuang dalam Plan of Action of BIMP EAGA China Cooperation (PoA BECC) 2020 – 2025, digelarlah Pertemuan Pejabat Senior BIMP EAGA dan RRT ke-14 di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, Rabu (25/10/2023). Pertemuan tersebut serangkaian Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) BIMP-EAGA ke-26 yang dilaksanakan pada 23-26 Oktober 2023.
Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edi Prio Pambudi memimpin Delegasi Indonesia pada pertemuan dimaksud. Ini merupakan pertemuan fisik pertama setelah terakhir dilaksanakan pada tahun 2019.
Pertemuan tersebut berfokus pada 9 sektor prioritas yakni terkait dengan konektivitas, pertanian, pengolahan perikanan dan industri makanan, pariwisata dan sosial budaya, hingga perdagangan dan investasi.
Selain menyampaikan apresiasi, Deputi Edi menekankan pentingnya sinergi kerja sama BIMP EAGA – RRT dengan inisiatif-inisiatif di ASEAN. Selain itu, transfer pengalaman dan teknologi merupakan elemen terpenting untuk memastikan pelaksanaannya sesuai rencana. Indonesia berharap kedua elemen tersebut dapat direfleksikan dalam kerja sama dengan RTT.
Kemudian, Deputi Edi –seperti dilansir ekon.go.id–juga menyoroti perlunya untuk melakukan review proyek yang akan dilakukan dalam 9 sektor dalam PoA BECC. Hal ini penting untuk memastikan keselarasan dengan dinamika dan prioritas kerja sama di BIMP EAGA dan ASEAN.
Selanjutnya, Deputi Edi mengusulkan lima sektor baru dalam PoA BECC, yaitu ekonomi biru, ketahanan pangan, transformasi digital untuk membangun ketahanan perekonomian regional melalui penggunaan Transaksi Mata Uang Lokal (LCT), interkonektivitas energi melalui kerangka ASEAN Power Grid, serta pembangunan industri manufaktur.
Implementasi Kerangka ASEAN-China Joint Statement on Synergizing the Master Plan on ASEAN Connectivity (MPAC) 2025 and the Belt Road Initiative (BRI), dan the Initiative for ASEAN Integration (IAI), juga dapat dimplementasikan di sub-kawasan. Konektivitas antar manusia juga perlu mendapat perhatian. Lebih lanjut, BIMP-EAGA yang sedang mengembangkan jaringan universitas juga dapat bekerjasama dengan institusi pendidikan di Tiongkok.
“Kami berharap kerja sama ini didasarkan pada kemitraan yang saling melengkapi, sekaligus berupaya untuk mendorong UMKM di sub-kawasan menjadi bagian dari rantai pasokan global,” pungkas Deputi Edi. (Kunjana)