SAMPANG, koranmadura.com – Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) Jawa Timur, melakukan peningkatan kapasitas kepada tim fasilitator pada program akselerasi Desa Tangguh Bencana (Destana).
Ketua LPBINU Jatim Syaiful Amin menyampaikan, program akselerasi Destana yang dijalankan saat ini bekerja sama dengan berbagai pihak, di antaranya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jatim dan Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Pemerintah Australia melalui program Siap Siaga.
Menurutnya, peningkatan kapasitas terhadap tim fasilitator Akselerasi Destana guna mengubah paradigma berpikir masyarakat terhadap penanggulangan bencana yang pada umumnya diketahui yakni bergerak di saat terjadinya bencana.
“Selama ini kita berpikir penanggulangan bencana yaitu dilakukan ketika bencana tiba. Padahal, seharusnya penanggulangan bencana yang harus dilakukan yaitu ketika tidak ada bencana. Apalagi bencana yang terjadi di Indonesia itu musiman, misal jika hujan terjadi banjir, longsor, dan pada musim kemarau terjadi kekeringan. Nah disela-sela tidak terjadi bencana, maka penanggulangan bencana yang harus dilakukan yaitu menyiapkan masyarakat dengan peningkatan kapasitas tentang kebencanaan untuk mengurangi risiko bencana,” ujarnya kepada koranmadura.com, Selasa, 10 Oktober 2023.
Dalam program akselerasi Destana, Syaiful Amin menyatakan, LPBINU saat ini menyasar bukan hanya desa-desa di Kabupaten Sampang, melainkan pula menyasar desa-desa yang ada di dua Kabupaten lainnya yang ada di Provinsi Jawa Timur.
Kedua Kabupaten itu yakni Kabupaten Pasuruan dan Lumajang. Dua kabupaten tersebut memiliki kemiripan ancaman bencananya dengan Kabupaten Sampang, di antaranya Kabupaten Pasuruan dengan ancaman bencana banjir. Kemudian di Kabupaten Lumajang yaitu dengan ancaman bencana longsor dan Tsunami.
“Di Sampang ada 9 desa yang dibentuk Destana. sedangkan Kabupaten Pasuruan dan Lumajang masing-masing 8 desa. Dan desa-desa itu masih rentan, makanya keterlibatan perangkat desa itu wajib. Makanya kami berharap kepada pemerintahan desa, bahwa program Destana ini bukan program berupa bangunan fisik, akan tetapi merupakan program untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang ancaman bencananya serta memberikan pengetahuan agar tidak bingung lagi jika terjadi bencana dan bisa bergerak meskipun bencana belum tiba,” ungkapnya.
Untuk itu, dalam akselerasi Destana, pihaknya merekrut fasilitator sebanyak 12 orang dari tiga Kabupaten yang saat ini disasarnya, dengan masing-masing Kabupaten sebanyak 4 orang fasilitator. Untuk tugasnya tim fasilitator yaitu memberikan pendampingan dalam pengisian e-katalog yang disandingkan dengan realita yang ada untuk mengetahui penilaian ketangguhan desa. Namun yang paling penting yaitu memberikan penyadaran kepada masyarakat serta bersama-sama membuat kajian risiko bencana desa dari sektor manusia, lingkungan hidup, infrastruktur dan bahkan ekonomi politiknya. Selain itu, masyarakat diharapkan mampu membuat rencana evakuasi manakala terjadinya bencana.
“Kami memberikan pembekalan kepada belasan fasilitator dari tiga kabupaten yang terpilih itu agar nantinya memberikan peningkatan kapasitas kepada masyarakat yang desa-desanya sudah ditentukan berdasarkan tingkat kerawanan bencananya,” pungkasnya. (MUHLIS/DIK)