JAKARTA, Koranmadura.com – Dinasti politik yang sedang dibangun Presiden Jokowi di Indonesia berbeda jauh dengan dinasti politik yang terjadi di negara maju seperti Amerika Serikat.
Di sini, Presiden Jokowi memanfaatkan segala cara, termasuk memakai tangan Mahkamah Konstitusi yang dipimpin iparnya, Anwar Usman, untuk meloloskan putranya, Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden (Cawapres) mendampingi Prabowo Subianto.
Sementara di negara maju, anak presiden mengikuti proses dan prosedur demokrasi sebelum menduduki jabatan penting, termasuk menjadi presiden sekali pun seperti yang terjadi pada keluarga George W Bush di Amerika Serikat.
Di Amerika Serikat kualifikasi dan kapasitas yang baik tetap menjadi patokan utama, sehingga ketika berkuasa juga berhasil dengan baik, tidak koruptif.
“Jadi tidak ujug-ujug berkuasa, ada tahapan-tahapan yang harus dilalui melalui pengkaderan dan rekrutmen politik yang sama seperti kader-kader lain, Jika gagal, publik tidak akan memilihnya kembali, ada punishment,” singgung peneliti senior BRIN Lili Romli dalam keterangannya di Jakarta, Selasa 7 November 2023.
Lebih jauh mengomentari politik dinasti yang dibangun dengan cara nepotisme di Indonesia berlanjut, bukan tidak mungkin demokrasi akan meradang.
Kemudian, untuk proyeksi ke depan, jika politik dinasti tetap bercokol dan menang dalam pemilu, maka demokrasi Indonesia akan terancam.
“Sekarang saja demokrasi Indonesia mengalami kemunduran, apalagi nanti jika yang berkuasa dinasti politik,” kata Lili. (Gema)