Oleh MH. Said Abdullah
Acara Doa Keselamatan untuk Bangsa di Gelora Joko Samudra, Gresik, Jawa Timur, menyegarkan perspektif tentang sosok Cawapres Prof Dr Mahfud MD.
Dalam acara yang dihadiri Ketua DPR RI, yang juga Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani itu, sosok kelahiran Madura tersebut sempat memimpin pembacaan shalawat Asyghil dan shalawat Burdah dengan sangat fasih baik lafadz maupun pengaturan nada-nadanya.
Sholawat Asyghil sendiri merupakan doa yang ditunjukan untuk Nabi Muhammad Saw dan doa permohonan agar dijauhkan dari orang-orang yang zalim.
Kemampuan luar biasa memimpin membaca dua sholawat di tengah ribuan pendukung Ganjar-Mahfud memberi gambaran tegas dan jelas bahwa darah daging Mahfud sangat kental ke-NU-annya. NU telah luluh menyatu ke seluruh jiwa raganya.
Dikenal sebagai murid terdekat Gus Dur, sosok tegas dan berani itu mampu mengorkestra pembacaan shalawat sehingga malam itu Mahfud lebih tampak sebagai seorang Kiai NU, yang sedang memimpin santrinya mengalunkan pujian-pujian kepada Allah dan Rasulullah.
Sejujurnya penulis sempat larut dalam suasana hikmat luar biasa ketika Pak Mahfud demikian menghayati dalam memimpin pembacaan sholawat. Suara lantangnya bermetamorfose menjadi alunan kekhusu’an sehingga melelapkan ribuan hadirian.
Mbak Puan Maharanu pun, para kiai dan nyai, habaib, tokoh masyarakat yang hadir serta tokoh-tokoh partai pendukung dari PPP, Hanura, Perindo terhipnotis, lelap dalam kesyahduaan sholawat yang dipimpin Pak Mahfud. Iringan rebana serta backgroun vokal para santri makin memberikan suasana spiritual acara yang berlangsung Jumat malam itu.
Melalui penampilan memimpin sholawat, Mahfud seakan ingin memantapkan keyakinan warga NU yang masih bertanya-tanya. Bahwa dirinya seorang Nahdiyin sejati, yang dalam perjalanan hidupnya mengabdi pada negeri ini mendapat mentor tokoh besar NU Gus Dur.
Mahfud adalah Gus Durian sejati, yang mampu memancarkan semangat keNUan dan keindonesiaan demi kejayaan NKRI.
Menjelang Pilpres 2019 yang lalu, ketika Prof Dr Mahfud MD, tidak jadi mendampingi Jokowi, sempat beberapa tokoh NU melontarkan provokasi liar seperti menyebut beliau bukan NU.
Sebuah lontaran pendapat yang sebenarnya lebih sekedar permainan sintaksis khas NU ketika berfastabiqul khairah di kancah politik.
Pernyataan itu, seperti pernah dijelaskan Mahfud sendiri dalam acara di ILC sesaat pendaftaran Pilpres 2019, lontaran-lontaran tentang ke-NU-an -untuk saat itu- sebenarnya lebih sebagai pembenaran ketika dirinya tidak jadi mendampingi Jokowi.
Padahal, Mahfud memiliki kartu anggota NU dan sudah menjadi rahasia umum merupakan salah satu kader Gus Dur.
Yenny Wahid, salah satu putri Gus Durpun mengakui Mahfud MD merupakan sosok yang paling lengkap mewakili dan melaksanakan pemikiran, visi misi keindonesian Gus Dur.
Jadi, meragukan Mahfud sebagai Nahdiyin sejati sama saja kurang percaya gula manis, garam asin.
Gresik, pada malam penuh semangat dan gairah spiritual indah, seluruh warga NU di seluruh Indonesia bahkan dunia bukan hanya menyaksikan bahkan merasakan sampai ke relung-rulung sanubari paling dalam bahwa Mahfud adalah Nahdiyin sejati alias original.
Insya Allah beliau, sebagai Cawapres bersama Capres Ganjar Pranowo dengan latar belakang NU yang bersemangat pemikiran keindonesiaan Gus Dur, akan berhikmat bagi seluruh rakyat negeri ini, demi kejayaan Indonesia tercinta. ***