JAKARTA, Koranmadura.com – Satu pekan terakhir, hampir semua lembaga survei yang mengumumkan hasil surveinya menarasikan bahwa Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024 kemungkinan besar berlangsung hanya dalam satu putaran untuk kemenangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Narasi itu didasarkan pada hasil survei lembaga-lembaga tersebut.
Pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka unggul jauh atas pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD dan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Prabowo-Gibran unggul hingga nyaris 10 persen dari Ganjar-Mahfud. Dengan Anies-Muhaimin lebih tebal lagi.
Narasi Pilpres 2024 ini juga digemakan oleh Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Jokowi.
Saat berpidato di Dining Hall Kompleks Jakabaring Sport City (JSC) Palembang, Sumatera Selatan, Minggu 12 November 2023, Gibran Rakabuming Raka optimistis bahwa dia bersama Prabowo Subianto akan menang satu putaran.
“Kalau ada serangan, tidak perlu ditanggapi, dikomentari. Kalau teman-teman lihat (hasil) survei seperti itu. Artinya benar-benar (menang) satu putaran. Jadi harus kerja keras lagi,” kata Gibran sebagaimana dilaporkan Detik.com.
Yang perlu diingat, pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka disokong penuh oleh Presiden Jokowi.
Meskipun Jokowi sendiri di atas bibir mengatakan bahwa dia akan mendukung semua pasangan Capres-Cawapres untuk kebaikan bangsa.
Namun publik terlanjur tidak percaya. Sebab, bagaimana mungkin seorang ayah bisa netral ketika putranya sendiri ikut bertarung pada Pilpres 2024.
Lagipula, pada hari Santri Nasional 2023 lalu, Presiden Jokowi, saat ditanya wartawan, mengungkapkan bahwa sebagai orang tua dia merestui setiap keputusan anaknya.
Ketika itu, Jokowi ditanya tentang sikapnya terhadap Gibran Rakabuming Raka yang sudah resmi dipinang Koalisi Indonesia Maju (KIM) sebagai Cawapres pendamping Prabowo Subianto.
Karena itu, narasi Pilpres 2024 yang disuarakan hampir semua lembaga survei dan kemudian digemakan oleh Gibran perlu juga dilihat jauh ke belakang.
Sebab, lama sebelum hiruk pikuk Pilpres sepanas sekarang ini, Presiden Jokowi menginginkan agar Pilpres 2024 berlangsung satu putaran. Karena itu, dia menginginkan cukup dua pasang yang akan bertarung pada Pilpres 2024.
Salah satu alasan Pilpres 2024 satu putaran ini untuk menghemat anggaran. Sebab, Pilpres dua putaran dipastikan menghabiskan dana sangat besar.
Pengalaman dua kali Pilpres pada 10 tahun terakhir memperlihatkan, Pilpres hanya diikuti dua pasang.
Pada 2014 pasangan Jokowi-Jusuf Kalla head to head dengan Prabowo-Hatta Rajasa. Pada 2019, Jokowi yang berpasangan dengan Ma’ruf Amin head to head lagi dengan Prabowo yang ketika itu berpasangan dengan Sandiaga Uno. Kedua Pilpres itu dimenangi Jokowi.
Namun belakangan, dalam sejumlah pernyataannya, Presiden Jokowi memastikan bahwa pemerintah menyiapkan anggaran untuk Pilpres dua putaran.
Pernyataan ini seolah sebagai jalan keluar gagalnya skenario Jokowi bahwa Pilpres 2024 cukup diikuti dua pasang.
Sempat beredar rumor bahwa Prabowo Subianto mau dipasangkan dengan Ganjar Pranowo melawan siapa pun di sebelahnya.
Gagasan ini gagal total setelah Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnputri terang-terangan menentang.
Bahkan sikap Megawati itu disampaikan di depan Presiden Jokowi yang hadir dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PDI Perjuangan di Jakarta International Expo, Kemayoran, akhir September 2023 lalu. Artinya, skenario yang disebut-sebut diinisiasi Jokowi ini rusak total.
Namun, Jokowi sepertinya tidak mau menyerah dengan agendanya. Dia harus menerima kenyataan bahwa Pilpres 2024 diikuti tiga atau bahkan lebih pasangan Capres-Cawapres.
Di titik inilah Jokowi mulai terang-terangan mengambil posisi politik yang berbeda dengan Megawati Soekarnoputri dan PDI Perjuangan.
Dia lebih condong ke Prabowo Subianto. Namun pemberian dukungan ke Prabowo bukan sebuah cek kosong. Dia menyodorkan putranya sendiri Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres.
Meskipun pencawapresan Gibran ini penuh drama. Mulai dari utak atik putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terhadap syarat usia Capres-Cawapres yang memungkinkan Gibran bisa maju.
Sebab, berdasarkan UU No 7 Tahun 2017, Gibran belum memenuhi syarat menjadi Cawapres karena usianya belum 40 tahun.
Namun ternyata lewat uji materi yang diajukan mahasiswa asal kampung halaman Jokowi di Solo, UNS, pasal itu bisa diutak atik dan ditambahkan oleh MK yang ketika itu dipimpin ipar Jokowi dan paman Gibran Rakabuming Raka, Anwar Usman.
Polemik dan situasi panas akibat putusan MK itu masih terjadi hingga saat ini. Anwar Usman juga sudah dicopot dari posisinya sebagai ketua MK. Namun pencawapresan Gibran tidak bisa dibatalkan.
Dia sudah didaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan akan segera ditetapkan oleh lembaga penyelenggara Pemilu itu sebagai Capres-Cawapres yang sah mengikuti Pilpres 2024.
Dengan majunya Gibran maka narasi Pilpres 2024 berlangsung satu putaran dihembuskan makin kencang lagi.
Namun kali ini caranya, agar lebih intelek, melibatkan hampir semua lembaga survei. Jadi berdasarkan hasil survei. Bukan asal-asalan.
Walaupun rumor yang beredar menyebutkan bahwa hampir semua lembaga survei sudah dibeli untuk menggelorakan narasi Pilpres 2024 satu putaran untuk kemenangan Prabowo-Gibran. Meskipun rumor ini belum dapat dikonfirmasi kebenarannya.
Karena itu, bila hampir semua lembaga survei menyuarakan Pilpres 2024 satu putaran sekarang, bukan sesuatu yang tiba-tiba.
Ini sebuah agenda lama yang model dan bentuknya yang sedikit berbeda.
Ini drama yang naskahnya sudah disiapkan sejak lama. Sekarang tinggal pementasan saja dengan sutradara si penulis drama itu sendiri.
Lalu bagaimana hasilnya? Ya tunggu saja akhir dramanya pada 14 Februari 2024. (Gema)