JAKARTA, Koranmadura.com – Politisi PDI Perjuangan Hendrawan Supratikno berharap drama politik yang dipertontonkan belakangan ini tidak tuna etika dan tidak berakhir dramatis.
“Perpolitikan kita seru dan menarik perhatian karena justru sarat drama. ang penting drama-drama tersebut jangan berakhir dramatis. Yang penting drama-drama tersebut tidak mempertontonkan krida tuna etika,” ujar Hendrawan kepada wartawan di Jakarta, Rabu 8 November 2023.
Dia menanggapi pernyataan Presiden Jokowi dalam pidatonya pada HUT Partai Golkar beberapa waktu lalu.
Saat itu, Presiden Jokowi mengungkapkan dalam beberapa hari terakhir politik Indonesia terlalu banyak Drakor (Drama Koreanya). Pemilu, kata Jokowi, seharusnya menjadi ajang pertarungan ide dan gagasan, bukan pertarungan perasaan.
Hendrawan sepakat dengan Jokowi bahwa politik dan Pemilu menjadi ajang kontestasi ide dan kreativitas dalam menyampaikan gagasan-gagasan yang ada.
“Pandangan Presiden tentang politik sebagai arena adu gagasan, kontestasi ide, sangat tepat. Bahkan lebih dari itu, politik adalah ekspresi tekad untuk menerjemahkan nilai-nilai kebajikan (public virtues) menjadi norma-norma kebijakan (public policy),” paparnya.
Hanya saja, Jokowi dan keluarganya dinilai banyak pihak sudah mengabaikan etika politik menjelang Pemilu 2024 ini.
Pasalnya, Jokowi dan keluarganya yang sudah diberi dan mendapat banyak dari PDI Perjuangan dalam lebih dari 20 tahun terakhir justru mengkhianati partai banteng moncong putih itu.
Dia juga membangun dinasti politik dengan mendorong putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, menjadi calon wakil presiden (Cawapres) mendampingi Prabowo Subianto.
Jokowi menggunakan tangan Mahkamah Konstitusi (MK) yang dipimpin iparnya, Anwar Usman, guna memuluskan langkah Gibran dengan menerabas dan mengubah aturan perundang-undangan. (Gema)