SUMENEP, koranmadura.com – Universitas Wiraraja (Unija) Madura dan Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya melakukan kolaborasi sosial masyarakat pesisir Desa Tanjung, Kecamatan Saronggi, Sumenep, dalam mengolah buah mangrove.
Kolaborasi ini diinisiasi oleh Unija sebagai pelaksana pendampingan terhadap Poklahsar Raji Pandawa dan Pokmaswas Reng Paseser. Sementara tim Untag Surabaya berperan sebagai pendamping yang mendesain alat pengolahan berupa pemeras buah mangrove untuk mempermudah dan mempercepat proses pengolahan menjadi sirup.
“Kegiatan kolaborasi ini terlaksana atas hibah DRTPM Kolaborasi Sosial Membangun Desa (KOSABANGSA) tahun 2023,” kata Moh Baqir Ainun, tim pendamping Unija.
Diketahui, Desa Tanjung merupakan salah satu desa pesisir yang terletak di selatan kota Sumenep. Desa ini dan wilayah sekitarnya memiliki areal pesisir dengan potensi tumbuhan mangrove jenis Rhizopora sp dan Sonneratia sp.
Potensi ini pun tidak boleh disiasiakan. Oleh sebab itu, tim abdimas dari Unija dan Untag melaksanakan pendampimgan dengan fokus pada pengembangan produk olahan berbasis mangrove Rhizopora sp dan Sonneratia sp.
“Rhizopora sp diolah menjadi kopi mangrove dan Sonneratia sp diolah menjadi sirup buah mangrove. Selain dari potensi ketersediaan buah mangrove di lokasi mitra juga didukung oleh tuntutan konsumen saat ini yang mulai memilih produk pangan dengan fungsional tertentu,” tambah Ainun, panggilan Moh Baqir Ainun.
Kopi mangrove dikenal sebagai salah satu produk yang dapat membantu menjaga vitalitas tubuh. Sedangkan sirup mangrove kaya akan antioksidan dan vitamin C untuk menjaga daya tahan tubuh.
Kegiatan Kolaborasi dilaksanakan sejak Bulan Agustus dan akan terus berlangsung sampai Desember tahun ini. Tim abdimas dari 2 PTS Jawa Timur ini memberikan pendampingan dalam bentuk penerapan teknologi tepat guna serta desain alat teknologi tepat guna, pendampingan manajemen usaha dalam bentuk pendampingan pengurusan perizinan usaha seperti PIRT dan Sertifikat Halal, serta pemasaran produk olahan kopi dan sirup mangrove dari 2 mitra binaan.
“Melalui kegiatan ini, nantinya buah mangrove yang sebelumnya tidak memiliki nilai jual akan dapat bernilai jual tinggi, hal ini tentunya akan berdampak pada peningkatan pendapatan kelompok binaan yang sebelumnya hanya bersumber pada pendapatan hasil tangkapan ikan,” tandasnya. (*/ROS)