JAKARTA, Koranmadura.com – Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah memperkirakan target investasi pada tahun 2024 tidak akan tercapai oleh pemerintah karena masalah politik dalam negeri.
Padahal target investasi tahun ini jauh lebih tinggi dari tahun lalu yaitu dari Rp 1.400 triliun pada 2023 menjadi Rp 1.617 triliun pada 2024.
Pasalnya, konsolidasi kekuasaan hasil pemilu 2024 yang belum terjadi hingga akhir tahun nanti.
Penyebab lainnya adalah ketegangan global seperti di Timur Tengah yang meluas, perang Rusia vs Ukraina yang belum berhenti, dan ketegangan Amerika Serikat vs China di Asia Timur.
Semua kondisi itu akan menahan arus modal masuk ke Indonesia dan membuat para investor memiliki banyak analisa sebelum mereka melakukan investasi.
“Dan sudah barang tentu, mereka menghitung seluruh risiko risikonya,” ujarnya. Dengan demikian, investor global akan lebih memilih berinvestasi di negara negara konservatif, dengan kondisi ekonominya yang sudah stabil,” ujarnya di Jakarta, Kamis 25 Januari 2024.
Dia meneruskan, “Berdasarkan pada peta politik yang ada, besar kemungkinan pilpres akan berlangsung dua putaran, dan besar kemungkinan juga akan bersengketa di Mahkamah Konstitusi (MK) jika melihat kecenderungan tahapan pemilu yang tidak jurdil.”
Politisi senior PDI Perjuangan ini melanjutkan keadaan ini berpotensi menimbulkan ketidakpastian usaha karena dinamika politik yang cenderung labil.
“Karenanya, di perkirakan, investor akan menunggu, setidaknya setahun setelah pilpres,” urainya.
Artinya, lanjut Said Abdullah, baru pada 2025 mereka melihat perkembangan konsolidasi kekuasaan di pemerintahan dan DPR.
Dia menambahkan sepanjang konsolidasi kekuasaan hasil pemilu 2024 belum terjadi, para investor akan lebih menahan diri.
Dari konsolidasi di pemerintahan itulah, pemerintah yang terpilih baru bisa menyusun kebijakan untuk meyakinkan investor.
“Saya kira, target investasi yang tinggi tidak mudah di capai oleh pemerintah,” jelanya.
Kebijakan suku bunga tinggi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat yang belum segera berakhir pastinya masih akan menyedot Dolar Amerika Serikat bertahan di negara Paman Sam itu.
“Jadi, wajar kalau Bank Dunia membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari target APBN 2024,” tuturnya.
Bank dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di level 4,9 persen, sementara asumsi makro di APBN 2024 sebesar 5,2 persen. (Gema)