Brebes, Koranmadura.com – Calon Presiden RI Ganjar Pranowo mengaku sempat berharap Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menghadiri peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-51 PDIP di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Rabu (10/1).
“Ya, iyalah (berharap), sampai hari ini sih saya tidak melihat beliau mundur dari partai, ‘kan tidak,” ujar Ganjar usai bertemu dengan petani bawang merah dan kelompok tani di Desa Kertabesuki, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Rabu.
Menurut Ganjar, Jokowi sampai hari ini masih menjadi kader dari partai berlambang banteng moncong putih itu. Oleh karena itu, dia menilai sebagai kader masih berharap Jokowi untuk hadir pada ulang tahun PDIP.
Kendati demikian, Ganjar mengatakan bahwa saat ini Jokowi tengah melakukan kunjungan kenegaraan ke Filipina. Ia pun menjelaskan bahwa orang nomor 1 di Indonesia itu biasanya datang dang mengucapkan selamat ulang tahun untuk PDI Perjuangan.
“Beliau di Filipina kok, biasanya datang, mengucapkan,” katanya.
Selain itu, Ganjar juga mengaku jarang menghubungi Jokowi melalui WhatsApp. Ia pun biasanya menghubungi Jokowi melalui ajudan.
“Biasanya umpama ajudan gitu ya, kalau beliau langsung tidak,” jelas Ganjar.
Kalau ulang tahun partai, lanjut dia, Jokowi biasanya tidak menghubungi dirinya, tetapi melalui DPP PDI Perjuangan.
Pidato Megawati
Sementara itu, dalam pidato politiknya, Ketua Umum PDI Perjuangan atau PDIP, Megawati Soekarnoputri, menegaskan bahwa pemilu bukanlah alat bagi elite politik untuk menjaga kekuasaan.
Pernyataan tersebut disampaikan Megawati dalam perayaan HUT ke-51 PDIP di Sekolah Partai, Jakarta Selatan, Rabu.
“Pemilu bukanlah alat elite politik untuk mempertahankan kekuasaan dengan segala cara,” ungkap Megawati.
Menurutnya, dalam penyelenggaraan pesta demokrasi, moral dan etika harus senantiasa dijunjung tinggi oleh setiap peserta.
“Dalam pemilu, terdapat moral dan etika yang harus dihormati,” tambahnya.
Megawati menyatakan bahwa dirinya, yang pernah mengalami kekalahan dalam pemilu, tidak pernah mempermasalahkan jika akhirnya harus menerima kekalahan.
“Saya pernah menjadi presiden, setelah pemilu, saya tidak merasa terbebani. Jika memang itu kehendak rakyat, maka begitulah,” ujarnya.
Ia meyakini bahwa kekuasaan memiliki batasannya, bahkan bagi seorang presiden sekalipun.
“Kekuasaan tidak abadi, yang abadi ada di atas (Tuhan). Kekuasaan akan berakhir, terlepas dari jabatannya,” tegasnya. (Icel)